PILIH MANA KUANTITAS ATAU KUALITAS
Kuantitas adalah secara sederhana dapat diartikan sebagai bobot, massa, atau jumlah. Sedangkan kualitas adalah bisa dipandang sebagai mutu, nilai ke’bagus’an. Kualitas bisa diukur secara langsung dengan penglihatan misalnya daging ayam yang baik berwarna kemerah-merahan atau seorang sprinter yang pernah memenangkan medali emas olimpiade. Kualitas kedua hal di atas dapat kita nilai dari penglihatan, anggapan, juga pemahaman kita baik yang terbentuk secara sendiri atau pemahaman yang ditanamkan oleh orang lain.
Jika Anda disuruh memilih, apa yang akan Anda pilih? Bagaimana kedua hal ini jika kita hubungkan dengan dunia pendidikan?
Kasus ini saya temukan sendiri di universitas dan fakultas saya, FTI-UKSW. FTI sendiri merupakan fakultas yang baru berdiri pada tahun 2003, dan sekarang masuk dalam jajaran tiga besar fakultas dengan mahasiswa terbanyak (tepatnya saya tidak tahu). Mungkin hal ini dipicu karena kebutuhan IT sangat diperlukan saat ini. Sebagai suatu lembaga pendidikan di bawah universitas, FTI bertanggungjawab atas penyelenggaraan pendidikan. Yang bagaimana? Tentu yang BERKUALITAS! Jadi apakah selama ini FTI tidak mengadakan pendidikan yang berkualitas? Tidak sepenuhnya begitu. Pelaksanaan pendidikan juga dipengaruhi oleh partisipasi aktif mahasiswa (lihat Hargai Kuliah).
Yang menjadi masalah adalah rasio jumlah mahasiswa FTI dengan jumlah pengajar. Rasio yang menurut saya terlalu jauh itu, berdampak buruk bagi pelaksanaan kegiatan belajar.
Fakultas yang jumlah mahasiswanya berlimpah, dipandang sebagai fakultas favorit. Saya kagum dengan usaha FTI untuk menarik minat calon mahasiswa. Tetapi usaha ini harus dan mutlak dibarengi dengan peningkatan kualitas pengajar berikut fasilitas pendukungnya.
Dampak yang saya rasakan ketika jumlah mahasiswa bertambah:
- Kelas yang dibuka semakin banyak, pengajar harus bekerja ekstra.
- Jadual pemakaian lab. semakin padat.
- Padatnya jadual pemakaian lab. menurunkan waktu perawatan komputer
- Jadual pemakaian lab. yang padat menyebabkan pengaturan lab. semrawut.
- Banyak kelas yang kosong karena dosennya tidak datang, mungkin lagi ikut promosi.
- Mahasiswa yang jadualnya tabrakan, seakan-akan dibiarkan.
Enam hal di atas merupakan sebagian kecil dari banyak hal yang saya rasakan sebagai korban ‘kapitalisme’ fakultas. Kenapa jumlah mahasiswa tidak dibatasi saja. Satu angkatan minimal seratus orang, rasanya cukup. Dengan mereduksi jumlah mahasiswa per angkatan fokus pengajar semakin tinggi sehingga, kualitas bisa ditingkatkan. Kualitas bisa menjadi alat promosi nir-‘duit’ bagi fakultas. Dengan adanya pembatasan jumlah mahasiswa yang tegas dan kualitas pendidikan yang tinggi, fakultas bisa menjalankan hakikatnya dalam dunia pendidikan secara jelas. Dengan adanya pembatasan jumlah penerimaan, calon mahasiswa akan lebih tertantang untuk bersaing masuk.
Banyaknya mahasiswa tidak menjadi tolok ukur baiknya suatu fakultas atau universitas. Yang menjadi tolok ukur utama adalah kualitas output. FTI-UKSW bertanggungjawab besar terhadap angkatan kerja yang nantinya akan diutus ke dunia nyata. FTI-UKSW bertanggungjawab menjaga nama baik UKSW di masyarakat. Jangan sampai lulusan FTI dipermalukan di masyarakat.
Sepiring sayur saja sudah cukup asal dimakan dengan sukacita. Sedikit mahasiswa saja sudah cukup asal diajar dengan sukacita. Jadi pilih mana, kualitas atau kuantitas?
0 komentar:
Posting Komentar