Pengertian Faktor produksi

Faktor produksi
Dalam ilmu ekonomi, faktor produksi adalah sumber daya yang digunakan dalam sebuah proses produksi barang dan jasa. Pada awalnya, faktor produksi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya alam, dan kewirausahaan. Namun pada perkembangannya, faktor sumber daya alam diperluas cakupannya menjadi seluruh benda tangible, baik langsung dari alam maupun tidak, yang digunakan oleh perusahaan, yang kemudian disebut sebagai faktor fisik (physical resources). Selain itu, beberapa ahli juga menganggap sumber daya informasi sebagai sebuah faktor produksi mengingat semakin pentingnya peran informasi di era globalisasi ini.(Griffin R: 2006) Secara total, saat ini ada lima hal yang dianggap sebagai faktor produksi, yaitu tenaga kerja (labor), modal (capital), sumber daya fisik (physical resources), kewirausahaan (entrepreneurship), dan sumber daya informasi (information resources).Daftar isi [sembunyikan]
1 Sumber daya fisik
2 Tenaga kerja
3 Modal
4 Kewirausahaan
5 Sumber daya informasi
6 Referensi


[sunting]
Sumber daya fisik

Faktor produksi fisik ialah semua kekayaan yang terdapat di alam semesta dan barang mentah lainnya yang dapat digunakan dalam proses produksi. Faktor yang termasuk di dalamnya adalah tanah, air, dan bahan mentah (raw material).

[sunting]
Tenaga kerja

Tenaga kerja merupakan faktor produksi insani yang secara langsung maupun tidak langsung menjalankan kegiatan produksi. Faktor produksi tenaga kerja juga dikategorikan sebagai faktor produksi asli. Dalam faktor produksi tenaga kerja, terkandung unsur fisik, pikiran, serta kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja. Oleh karena itu, tenaga kerja dapat dikelompokan berdasarkan kualitas (kemampuan dan keahlian) dan berdasarkan sifat kerjanya.

Berdasarkan kualitasnya, tenaga kerja dapat dibagi menjadi tenaga kerja terdidik, tenaga kerja terampil, dan tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih. Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memerlukan pendidikan tertentu sehingga memiliki keahlian di bidangnya, misalnya dokter, insinyur, akuntan, dan ahli hukum. Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja yang memerlukan kursus atau latihan bidang-bidang keterampilan tertentu sehingga terampil di bidangnya. Misalnya tukang listrik, montir, tukang las, dan sopir. Sementara itu, tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja yang tidak membutuhkan pendidikan dan latihan dalam menjalankan pekerjaannya. Misalnya tukang sapu, pemulung, dan lain-lain.

Berdasarkan sifat kerjanya, tenaga kerja dibagi menjadi tenaga kerja rohani dan tenaga kerja jasmani. Tenaga kerja rohani adalah tenaga kerja yang menggunakan pikiran, rasa, dan karsa. Misalnya guru, editor, konsultan, dan pengacara. Sementara itu, tenaga kerja jasmani adalah tenaga kerja yang menggunakan kekuatan fisik dalam kegiatan produksi. Misalnya tukang las, pengayuh becak, dan sopir.

[sunting]
Modal

Yang dimaksud dengan modal adalah barang-barang atau peralatan yang dapat digunakan untuk melakukan proses produksi. Modal dapat digolongkan berdasarkan sumbernya, bentuknya, berdasarkan pemilikan, serta berdasarkan sifatnya. Berdasarkan sumbernya, modal dapat dibagi menjadi dua: modal sendiri dan modal asing. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari dalam perusahaan sendiri. Misalnya setoran dari pemilik perusahaan. Sementara itu, modal asing adalah modal yang bersumber dari luar perusahaan. Misalnya modal yang berupa pinjaman bank.

Berdasarkan bentuknya, modal dibagi menjadi modal konkret dan modal abstrak. Modal konkret adalah modal yang dapat dilihat secara nyata dalam proses produksi. Misalnya mesin, gedung, mobil, dan peralatan. Sedangkan yang dimaksud dengan modal abstrak adalah modal yang tidak memiliki bentuk nyata, tetapi mempunyai nilai bagi perusahaan. Misalnya hak paten, nama baik, dan hak merek.

Berdasarkan pemilikannya, modal dibagi menjadi modal individu dan modal masyarakat. Modal individu adalah modal yang sumbernya dari perorangan dan hasilnya menjadi sumber pendapatan bagi pemiliknya. Contohnya adalah rumah pribadi yang disewakan atau bunga tabungan di bank. Sedangkan yang dimaksud dengan modal masyarakat adalah modal yang dimiliki oeleh pemerintah dan digunakan untuk kepentingan umum dalam proses produksi. Contohnya adalah rumah sakit umum milik pemerintah, jalan, jembatan, atau pelabuhan.

Terakhir, modal dibagi berdasarkan sifatnya: modal tetap dan modal lancar. Modal tetap adalah jenis modal yang dapat digunakan secara berulang-ulang. Misalnya mesin-mesin dan bangunan pabrik. Sementara itu, yang dimaksud dengan modal lancar adalah modal yang habus digunakan dalam satu kali proses produksi. Misalnya, bahan-bahan baku.

[sunting]
Kewirausahaan

Faktor kewirausahaan adalah keahlian atau keterampilan yang digunakan seseorang dalam mengkoordinir faktor-faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Sebanyak dan sebagus apa pun faktor produksi alam, tenaga manusia, serta modal yang dipergunakan dalam proses produksi, jika dikelola dengan tidak baik, hasilnya tidak akan maksimal.

[sunting]
Sumber daya informasi

Sumber daya informasi adalah seluruh data yang dibutuhkan perusahaan untuk menjalankan bisnisnya. Data ini bisa berupa ramalan kondisi pasar, pengetahuan yang dimiliki oleh karyawan, dan data-data ekonomi lainnya.
KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA (KAJIAN DARI PERSPEKTIF HUKUM DAN GENDER)

PENELITIAN
KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA (KAJIAN DARI PERSPEKTIF HUKUM DAN GENDER)
Oleh : Ni Nyoman Sukerti
(Fakultas Hukum Universitas Udayana)
ABSTRACT
Violence against women is not only as an individual issue but also as a local, anational and global issue. It is said that global issue can be seen by regulating international law such Wiena Declaration, Convention on the Elimination of All Forms Discrimination Against Woman (1979) Declaration of Violence Against Woman (1993), and Bejing Declaration and Platform for Action (1995).
Nationally, the law regulation about issue can be seen in as Criminal Law, Private Law, Act Number 1, 1974, Act Number 7, 1984, Act Number 39, 1999, and Act Number 23, 2004.
Although protection against women has been regulated nationally and internationally, in the several states that mention above but in relity violence against woman still exists and increase from year. From back ground that above a problem arises as polows: What is the factors of violence against woman in a household and What is the protection obtained by woman as victim of violence in a household.
The factors of violence: patriarchical etc and from of protection received by woman as victim of violence in ahousehold as Criminal Law, Private Law, Act Number 1, 1974, Act Number 7, 1984, Act Number 39, 1999, and Act Number 23, 2004.

Key word : Violence, woman, household. [ Attachment ]
oleh :
Ni Nyoman Sukerti
(Fakultas Hukum Universitas Udayana)
. (2007)

SUPUNDUNG DAN ALANGKAHI KARANG HULU:
KETIDAKADILAN GENDER DALAM SISTEM WANGSA

PENELITIAN
SUPUNDUNG DAN ALANGKAHI KARANG HULU:
KETIDAKADILAN GENDER DALAM SISTEM WANGSA

Oleh: I Ketut Sudantra
Fakultas Hukum Universitas Udayana

Abstract
The tribe system in Bali called as Wangsa contains the injustice of gender. Inthe wangsa system, there is a principle forbiding a girl to be married with a boy from lower class status; on the other hand that prohibition does not prevailed for the boy. The prohibition is called as asupundung and alangkahi karang hulu.


Kay word : wangsa, marriage, injustice of gender. [ Attachment ]
oleh :
I Ketut Sudantra
Fakultas Hukum Universitas Udayana
. (2007)

Kajian Terhadap UU Politik dari Perspektif Gender

PENELITIAN
Kajian Terhadap UU Politik dari Perspektif Gender
Ayu Putu Nantri

ABSTRAK

The Analyzed of Political Act From Gender Persepektive
From several public election which held in Indonesia, before outherwise after the reformation, the amount of women representation in parliament are still less in number.
As a law state, Indonesia follow the same right in law system, this large been released in UUD 1945 (constitution law) beside that Indonesia has ratification the women political right International Convention and Convention of eleminition for all Discrimination for women and established the equality sence of justice in gender.
In fit as the state obligation which followed by women conventon, it has been an obligation for Indonesia to accommodate the convention rules above all the policy. And laws have made for that matter, That is why necessary to be analyzed the political law has arange the rules above.
[ Attachment ]
oleh : Ayu Putu Nantri
FAK. HUKUM UNUD. (2007)

GENDER DALAM HUKUM ADAT

PENELITIAN
GENDER DALAM HUKUM ADAT
Oleh
Ni Nyoman Sukerti
Fakultas Hukum Universitas Udayana

ABSTRAK

The national government of Indonesia is committed to legal gender equality by the 1945 Indoensia Constitution, article 27 (1), and the ratification of the Convention for Elimination of all forms of Discrimination Against Women (CEDAW) in 1984. However, customary law still prevailing in many regions in Indoneia often perpetuates deeply rooted discrimination based on gender until today. Examples of such discrimination are to found in Minagkabau, Java, and Bali where inheritance is regulated by gender biased customary law. Appropriate development policies and education may bring about a legal culture and practice that upholds legal gender equality.
[ Attachment ]
oleh :
Ni Nyoman Sukerti
Fakultas Hukum Universitas Udayana
. (2005)

Kedudukan Perempuan Bali Terhadap Harta Bersama Dalam Hal Terjadi Perceraian
(Analisis Perkembangan Yurisprudensi)




PENELITIAN
Kedudukan Perempuan Bali Terhadap Harta Bersama Dalam Hal Terjadi Perceraian
(Analisis Perkembangan Yurisprudensi)*)

Oleh:
A.A. Ketut Sukranatha
Fakultas Hukum Universitas Udayana
Abstract
This study aims at finding out the jurisprudence development on the effect of divorce toward the status of mutual property in the marriage (gunakarya). The study is conducted by using normative approach that is to study the judge decision at Denpasar Court of First Instance that related to the mutual property dispute.
Results of the study indicate that the judge decision (jurisprudence) on the effect of divorce toward the status of mutual property has experienced some depelovment. In the past (in the period of Kertha Raad Custom Court), the status of mutual property after divorce was judged based on the guilty one in the divorce. If the divorce was caused by guiltiness commited by the wife, the mutual property was shared together with 1/3 for the wife and 2/3 for the husband. Recently the judge decisions (jurisprudence) have changed, namely if there is mutual property dispute after the divorce the Court always decides that the mutual is shared equally (½ : ½) between the (former) husband and the (former) wife without considering who is the guilty one in the divorce.
This normative study needs to be continued with emprical study so that the status of mutual property after the divorce can be indentified if the mutual property dispute is settled outside of the Court.

Kata kunci: perceraian, harta bersama, yurisprudensi
[ Attachment ]
oleh :
A.A. Ketut Sukranatha
Fakultas Hukum Universitas Udayana
. (2005)

PEREMPUAN DAN POLITIK
Ayu Putu Nantri,SH

PENELITIAN
PEREMPUAN DAN POLITIK
Ayu Putu Nantri,SH

ABSTRAK
Menurut pasal 27 UUD 1945, wanita mempunyai kedudukan yang sama dalam bidang hukum dan pemerintahan dengan pria. Undang-Undang Dasar 1945 dalam perundang-undangan politik telah mencerminkan bahwa wanita dan pria sama-sama punya hak untuk di pilih dan memilih namun, kenyataannya memperlihatkan bahwa jumlah wanita yang menjadi anggota Legislatif selama tujuh kali Pemilu prosentasenya masih kecil, walaupun jumlah wanita lebih banyak dari pria. Demikian pula halnya dengan wanita yang memegang posisi pada jabatan pengambil keputusan juga masih kecil.
Mengapa hal ini terjadi ?
Adapun faktor-faktor penyebabnya adalah :
1. Faktor eksternal, yaitu faktor dari luar diri wanita:
(a) sistem pemilu
(b) peran Organisasi Partai Politik; dan
(c) nilai Budaya
2. Faktor internal, yaitu faktor dari dalam diri wanita itu sendiri:
(a) sumber Daya Wanita;
(b) adanya pandangan bahwa politik itu keras; dan
(c) adanya stereotype yang dilabelkan pada wanita
Upaya meningkatkan peran di bidang politik:
(a) meningkatkan sumber daya manusia melalui pelatihan
(b) mengubah citra politik melalui pendidikan politik yang benar dan sehat
© mengubah stereotype melalui penyuluhan, pelatihan

Kata Kunci : peranan perempuan, politik.
[ Attachment ]
oleh : Ayu Putu Nantri,SH
FAK. HUKUM UNUD. (2004)

PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK PADA ERA
GLOBALISASI DEWASA INI ( STUDI DI KOTA DENPASAR )

PENELITIAN
PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK PADA ERA
GLOBALISASI DEWASA INI ( STUDI DI KOTA DENPASAR )
Oleh :
Ni Nyoman Sukerti
Fakultas Hukum Universitas Udayana
ABSTRACT
The women are potential nation asset its amount more than the men. At the globalization era on this time, the woman have got attention from the government in politics. The matter proven by giving of quota 30 % representative of woman in legislative body.
At the legislative election on year 2004, nationally of quota 30 % for women still not yet earned to be fullfilled. For the Denpasar City, result of the research indicate that quota 30 % also not yet fulfilled. From 45 people of the legislative body member inDenpasar City, only 3 member of its is woman. This matter means just loaded 7 % from 30 % available opportunity, that be caused by giving the big or law number for woman candidate as legislative member by the poltic party who nominating.
In the governance politics, the role of woman have since along time ago. Hawever, not yet show satisfying result because a few women as member of legislative body in Denpasar City. Although a few women as a member of legislative body but not be discrimination treated, exactly be accepted as partner from the men. It means there are equivalence of gender in in the governance politics.
Kata kunci : Perempuan, Politik, globalisasi.
[ Attachment ]
oleh :
Ni Nyoman Sukerti
Fakultas Hukum Universitas Udayana
. (2004)

POLIGAMI DITINJAU DARI SISI HUKUM

PENELITIAN
POLIGAMI DITINJAU DARI SISI HUKUM
Oleh:
I Ketut Sudantra
Fakultas Hukum Universitas Udayana
Abstract
Polygamy is one of the psychical hardness forms in several families. The victim of this hardness is the woman (wife). Nowadays, there is a set of law arranging polygamy. The point of the law is that the rules prohibit polygamy. But the rule is not too tight because the polygamy is enabled if the couple desires it after fulfilling some conditions and permitted by the court. This set of rules gives a chance to woman (wife) to maintain her rights and advocate her prestige as a wife.
Key words : polygamy, law.
Sumber daya
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Sumber daya adalah suatu nilai potensi yang dimiliki oleh suatu materi atau unsur tertentu dalam kehidupan. Sumber daya tidak selalu bersifat fisik, tetapi juga non fisik.

Sumber daya ada yang dapat berubah (berubah ke bentuk yang lain, baik menjadi semakin besar maupun hilang maupun ada pula sumber daya yang kekal (selalu tetap).

[sunting]
Sumber daya hayati

Sumber daya hayati adalah salah satu sumber daya dapat pulih (renewable resources) yang terdiri atas flora dan fauna. Sumber daya hayati secara harfiah dapat diartikan sebagai sumberdaya yang mempunyai kehidupan dan dapat mengalami kematian. Jenis-jenis sumber daya hayati diantaranya adalah pohon, ikan, rumput laut, plankton, zooplankton, fitoplankton, harimau, semut, cacing, rumput laut, terumbu karang, lamun, dan sebagainya.

Ada Banyak faktor yang dapat mendorong kepuasan kerja seorang karyawan dalam suatu perusahaan, hal ini tidak dapat dilepaskan dari apa yang dirasakan oleh karyawan itu sendiri, secara garis besar faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi 5 (lima) kelompok.

Ada Banyak faktor yang dapat mendorong kepuasan kerja seorang karyawan dalam suatu perusahaan, hal ini tidak dapat dilepaskan dari apa yang dirasakan oleh karyawan itu sendiri, secara garis besar faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi 5 (lima) kelompok.
Faktor-faktor yang mendorong kepuasan kerja Menurut Munandar (2001:357) adalah sebagai berikut.
1. Ciri-ciri intrinsik pekerjaan
Lima ciri yang memperlihatkan kaitannya dengan kepuasan kerja untuk berbagai macam pekerjaan adalah keragaman ketrampilan, jati diri tugas (task identity), tugas yang penting (task significance), Otonomi dan umpan balik. Berdasarkan ciri-ciri intrinsik pekerjaan tersebut Hackman dan Oldham (1980) mengembangkan model karakteristik kerja. Ciri-ciri pekerjaan menimbulkan tiga keadaan psikologis kritis yaitu pengalaman akan arti penting dari pekerjaan, pengalaman akan tanggung jawab yang dialami untuk hasil kerja itu dan pengetahuan akan hasil yang sebenarnya dari kegiatan kerja. Ketiga kondisi ini akan mengahasilkan empat macam hasil pribadi dan kerja (personal and work outcomes) yaitu motivasi kerja internal tinggi, kinerja berkualitas dan tinggi, kepuasan kerja tinggi dan kemangkiran dan tingkat keluarnya karyawan rendah.
2. Gaji Penghasilan, imbalan yang dirasakan adil
Kepuasan kerja merupakan fungsi dari jumlah absolut dari gaji yang diterima, derajat sejauh mana gaji memenuhi harapan-harapan tenaga kerja, dan bagaimana gaji diberikan. Uang memang mempunyai arti yang berbeda-beda bagi orang yang berbeda-beda, disamping memenuhi kebutuhan-kebutuhan tingkat rendah (makanan, perumahan), uang dapat merupakan simbol dari pencapaian (achievement), keberhasilan, dan pengakuan/penghargaan. Dengan menggunakan teori keadilan dari Adams dilakukan berbagai penelitian dan salah satu hasilnya adalah bahwa orang yang menerima gaji yang dipersepsikan sebagai terlalu kecil atau terlalu besar akan mengalami distress atau ketidakpuasan. Yang penting ialah sejauh mana gaji yang diterima dirasakan adil. Jika gaji dipersepsikan sebagai adil didasarkan atas tuntutan-tuntutan pekerjaan, tingkat ketrampilan individu, dan standar gaji yang berlaku untuk kelompok tertentu, maka akan ada kepuasan kerja.
3. Penyeliaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya ada satu ciri kepemimpinan yang secara konsisten berkaitan dengan kepuasan kerja, yaitu penenggang rasa (consideration). Locke memberikan kerangka teoritis untuk memahami kepuasan tenaga kerja dengan penyeliaan. Ia menemukan dua jenis dari hubungan atasan-bawahan : hubungan fungsional dan keseluruhan (entity). Hubungan fungsional mencerminkan sejauh mana penyelia membantu tenaga kerja, untuk memuaskan nilai-nilai pekerja yang penting bagi tenaga kerja. Hubungan keseluruhan didasarkan pada ketertarikan antarpribadi yang mencerminkan sikap dasar dan nilai-nilai yang serupa. Tingkat kepuasan kerja yang paling besar dengan seorang atasan ialah jika kedua jenis hubungan adalah positif.


4. Rekan-rekan sejawat yang menunjang
Kepuasan kerja yang ada pada para pekerja timbul karena mereka, dalam jumlah tertentu, berada dalam satu ruangan kerja, sehingga mereka dapat saling berbicara (kebutuhan sosialnya terpenuhi). Corak kepuasan kerja disini bersifat kepuasan kerja yang tidak menyebabkan peningkatan dari motivasi kerja. Didalam kelompok kerja dimana para pekerjanya harus bekerja satu tim, kepuasan kerja mereka dapat timbul karena kebutuhan-kebutuhan tingkat tinggi mereka (kebutuhan harga diri, kebutuhan aktualisasi diri) dapat dipenuhi, dan mempunyai dampak pada motivasi kerja mereka.
5. Kondisi kerja yang menunjang
Bekerja dalam ruangan yang sempit, panas, yang cahaya lampunya menyilaukan mata, kodisi kerja yang tidak mengenakkan akan menimbulkan keengganan untuk bekerja. Orang akan mencari alasan untuk sering-sering keluar ruangan kerjanya. Perusahaan perlu menyediakan ruangan kerja yang terang, sejuk, dengan peralatan kerja yang enak untuk digunakan, musik yang mnyejukkan perasaan. Dalam kondisi kerja seperti itu kebutuhan-kebutuhan fisik dipenuhi dan memuaskan tenaga kerja.
Analisis Kepentingan Nasional

Mengingat konsep kepentingan nasional bersifat relatif maka parameter yang mengacu kepada konsep kepentingan nasional tentu saja tidak mudah diukur. Konsep ini juga bervariasi dari yang bersifat cenderung abstrak (politis) hingga yang lebih konkrit (ekonomis). Pertanyaan yang mengemukan dengan demikian adalah bagaimana mengidentifikasi dan kemudian mengukur kualitas kepentingan nasional ini, dan khususnya kepentingan nasional Indonesia di bidang kelautan dan perikanan. Upaya memperoleh kejelasan perihal konsepsi ini sangat penting mengingat keputusan untuk ikut-serta ke dalam suatu kerjasama internasional pada akhirnya bermuara kepada upaya pemenuhan kepentingan nasional.
Secara sederhana konsep kepentingan nasional dapat “diukur” dari potensi strategis yang dimiliki negara itu sendiri dalam hubungannya dengan sesama aktor negara. Kriteria yang dibuat ahli politik internasional, George F. Kennan (1951) tampaknya bermanfaat untuk memahami makna konsep kepentingan nasional dalam hubungan antarnegara. Kennan membuat definisi konsep ini secara negatif tentang apa yang tidak termasuk ke dalam pengertian kepentingan nasional. Pertama, konsepsi kepentingan nasional bukan merupakan kepentingan yang terpisah dari lingkungan pergaulan antarbangsa atau bahkan dari aspirasi dan problematika yang muncul secara internal dalam suatu negara. Kepentingan nasional suatu bangsa dengan sendirinya perlu mempertimbangkan berbagai nilai yang berkembang dan menjadi ciri negara itu sendiri. Nilai-nilai kebangsaan, sejarah, dan letak geografis menjadi ciri khusus yang mempengaruhi penilaian atas konsepsi kepentingan nasional suatu negara. Kedua, kepentingan nasional bukan merupakan upaya untuk mengejar tujuan-tujuan yang abstrak, seperti perdamaian yang adil atau definisi hukum lainnya. Sebaliknya, ia mengacu kepada upaya perlindungan dari segenap potensi nasional terhadap ancaman eksternal maupun upaya konkrit yang ditujukan guna meningkatan kesejahteraan warga negara. Ketiga, konsepsi ini pada dasarnya bukan merupakan pertanyaan yang berkisar kepada tujuan, melainkan lebih kepada masalah cara dan metode yang tepat bagi penyelenggaran hubungan internasional dalam rangka mencapai tujuan tersebut secara efektif.

Jika disarikan, maka konsepsi kepentingan nasional terdiri dari berbagai variabel yang menjadi acuan bagi pelaksanaan pollitik luar negeri suatu negara. Acuan ini dapat dilacak kepada konstitusi yang menjadi fondasi pembentukan negara itu sendiri. Di dalam praktek, penyelenggaran hubungan internasional kemudian didelegasikan secara penuh kepada institusi negara yang bertanggung-jawab dalam penyelenggaraan hubungan internasional. Namun secara terbatas pendelegasian kewenangan tersebut dapat diserahkan kepada organ-organ pemerintah lainnya, sesuai dengan spesifikasi kewenangan teknis. Upaya demikian dilakukan untuk mensinergikan segenap potensi kekuatan yang ada pada dataran domestik agar tujuan nasional dapat tercapai.

Meminjam kerangka fikir di atas, maka upaya memahami kepentingan nasional di bidang kelautan dan perikanan nasional dengan demikian perlu merujuk kepada beberapa potensi yang melekat pada Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam bidang kelautan & perikanan. Potensi tersebut menjadi nilai tambah yang melekat dengan Indonesia sehingga dengan cara demikian dapat berfungsi sebagai parameter sebagai alat bantu analisis yang komprehensif.

Pertama, kepentingan nasional perlu dilihat dalam kerangka itikad politik untuk mengedepankan paradigma pembangunan kelautan yang lestari dengan sektor kelautan sebagai arus utama penggerak pembangunan ekonomi nasional. Upaya mengedepankan paradigma pembangunan kelautan pada gilirannya dapat pula dinilai sebagai kompensasi atas keterlambatan pemerintah dalam membangun orientasi kebijakan kelautan nasional yang terpadu. Hal ini mengingat 70% wilayah Indonesia terdiri dari laut/perairan yang memiliki potensi ekonomi yang tinggi. Kecenderungan meningkatnya prosentasi kontribusi sektor perikanan terhadap nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional dari tahun ke tahun sejak 1996 (12,31%): 1997 (16,55%); 1998 (20,06%). Kenaikan kontribusi sektor kelautan dan perikanan dalam menopang pembangunan nasional pada masa krisis ekonomi menjadi indikasi nyata perihal potensi yang masih dapat dioptimalkan melalui pendekatan yang lebih komprehensif.

Terkait di sini adalah parameter kedua di mana kepentingan nasional perlu memperhitungkan potensi kekayaan SDA kelautan nasional, baik yang bersifat hayati dan non-hayati (migas), di dalam batas-batas yurisdiksi negara. Potensi migas nasional, misalnya diperkirakan menyimpan potensi kandungan 84,48 miliar barrel minyak yang terdapat dalam 60 cekungan migas di mana 40 cekungan berada di lepas pantai dan 14 cekungan di pesisir (Kompas: 19-11-03). Sementara itu, kontribusi sektor migas pada tahun 2002 adalah sebesar US $ 9,54 milyar di mana 40%-nya bersumber dari eksploitasi lepas pantai (Laode M. Kamaluddin: 2002). Tidak berlebihan jika kontribusi sektor penambangan migas lepas pantai hingga saat ini masih menjadi sumber utama bagi pemasukan devisa nasional. Namun pengelolaan potensi migas perlu mempertimbangkan statusnya sebagai non-renewable resource. Hal ini membawa konsekuensi perlunya digalakkan pencarian alternatif pengganti migas sebagai sumber energi. Ini berbeda dengan sektor perikanan yang karena sifatnya sebagai renewable resources dapat tetap menjadi tumpuan pembangunan nasional di masa mendatang sepanjang pengelolaannya dilakukan dengan mempertimbangkan aspek konservasi lingkungan laut.
Apalagi, potensi perikanan nasional juga menyimpan kekayaan spesies yang sangat kaya, yakni mencapi lebih dari 2000 spesies. Sayangnya, sejauh ini potensi tersebut masih belum dapat dioptimalkan. Perbandingan kemampuan eksploitasi sumber daya perikanan oleh negara tetangga yang memiliki akses laut terbatas, seperti Thailand memberikan pemahaman perlunya dipertimbangkan kebijakan yang dapat mendorong kemampuan bersaing industri perikanan nasional. Berdasarkan data BRKP-DKP (2001), potensi lestari perikanan pada perairan nusantara dan ZEEI berjumlah 6,4 juta ton per-tahun. Jumlah tersebut terdiri dari 7 kelompok sumberdaya perikanan diantaranya yang menonjol: ikan pelagis kecil (3,6 juta ton/tahun), ikan demersal (1,36 juta ton/tahun), dan ikan pelagis besar (1,165 juta ton/tahun).

Dari jumlah tersebut, baru sekitar 59% yang termanfaatkan atau sekitar 3,9 juta ton per-tahun sehingga mensisakan sekitar 41%. Adanya surplus stock perikanan nasional ini membuka peluang bagi akses pemanfaatan oleh negara tetangga, suatu hal yang pada gilirannya memiliki nilai ekonomis tinggi. Terkait di sini juga upaya untuk menutup kerugian yang diakibatkan illegal fishing yang kerap dilakukan nelayan-nelayan asing. Menurut suatu perhitungan kasar, diperkirakan Indonesia kehilangan devisa sekitar US $ 1-4 miliar per/tahun. Namun pemanfaatan sumber daya hayati yang, berbeda dengan migas, dapat diperbaharui (renewable) perlu mempertimbangkan tingkat eksploitasi maksimum yang lestari. Pertimbangan lainnya merujuk kepada kondisi produktifitas primer (kesuburan) laut dikaitkan dengan posisi Indonesia sebagai negara ekuatorial atau negara yang dilintasi dengan garis khatulistiwa terpanjang di dunia. Jika tingkat produksifitas primer dunia dewasa ini menurun sekitar 6% dibandingkan dekade 1980-an, kondisi sebaliknya terjadi di perairan nusantara. Proses fotosintesis alamiah ekosistem laut yang terbantu dengan tingkat curah sinar matahari yang tinggi membuat perairan nusantara menjadi wilayah subur bagi siklus kehidupan ikan (Indroyono Susilo: 2003).

Di samping itu, potensi sumber daya hayati nasional juga sangat beragam dan tidak terbatas kepada aspek perikanan semata. Ia dapat berbentuk ekosistem kelautan sebagai daya dukung aspek perikanan. Terkait di sini adalah kecenderungan untuk memberikan perlindungan terhadap biodiversity yang ada agar memberi kemanfaatan sebesar-besarnya bagi kemakmuran negara dan bangsa. Konvensi CBD mendefinisikan keanekaragaman hayati sebagai berbagai variasi yang terdapat di antara makhluk hidup dari semua sumber termasuk diantaranya ekosistem daratan, lautan dan ekosistem perairan lainnya serta kompleks-kompleks ekologis (spesies) yang merupakan bagian dari keanekaragamannya (genetik). Salah hal penting adalah potensi keanekaragaman hayati nasional sangat kaya akan keragaman ekosistem, spesies dan genetik, sehingga menempati urutan ketiga terbesar di dunia, setelah Brazil dan Mexico. Dalam konteks nasional, dewasa ini Indonesia memilki 27,2% dari seluruh spesies flora dan fauna yang terdapat di seluruh dunia sehingga menjadikannya sebagai salah satu megabiodiversity dunia (Rochmin Dahuri: 2002).

Tomascik pada tahun 1997, sebagaimana dikutip Laode Kamaluddin (2002), memperkirakan bahwa porsi terumbu karang Indonesia merupakan 14% dari yang ada di dunia. Dengan luas mencakup 85.707 km persegi, terumbu karang di perairan nusantara ini mencakup fringing reef seluas 14.542 km persegi; barrier reefs (50.223 km persegi); oceanic platform reefs (1.402 km persegi) dan atolls (19.540 km persegi). Berapa besar nilai ekonomis terumbu karang Indonesia bagi pariwisata bahari ini menurut analisis World Coral Reefs (2002) mencapai sekitar US $ 23.100 – US $ 270.000 per-km persegi. Adapun total kontribusi terumbu karang yang sehat per-tahun mencapai US $ 1.6 milyar dari kegiatan pariwisata bahari. Di samping itu, nilai strategis terumbu karang juga berhubungan dengan fungsinya sebagai pemasok nutrien dan sebagai habitat pelindung bagi ikan-ikan kecil. Karena itu, kerusakan terhadap terumbu karang dengan sendirinya akan berdampak pula terhadap cadangan sumber daya ikan. Adalah tragis bahwa potensi pemanfaatan terumbu karang ternyata dihadapkan pada tingkat kerusakan yang tinggi di mana dewasa ini hanya menyisakan sekitar 51% dalam kondisi yang baik. Selebihnya, dalam kondisi rusak atau bahkan kritis sehingga membutuhkan upaya rehabiitasi. Kebutuhan rehabilitasi terumbu karang dengan demikian juga menjadi salah satu kepentingan nasional di bidang kelautan dan perikanan yang menempati prioritas utama.

Secara makro pemanfaatan potensi SDA hayati kelautan tersebut perlu didayagunakan untuk meningkatkan kesejahteraan dan sekaligus pemberdayaan masyarakat pesisir nusantara. Salah satu upaya yang perlu dikembangkan adalah melalui pengenalan teknologi, baik yang bersifat sederhana hingga yang lebih kompleks. Untuk itu, kepentingan nasional dalam menggalang kerjasama internasional bagi pemanfaatan potensi SDA kelautan nasional perlu mempertimbangkan kemungkinan alih teknologi kelautan. Namun kerjasama riset ilmiah kelautan ini perlu memberikan perlindungan yang memadai terhadap hak milik intelektual yang bersumber dari pemanfaatan SDA nasional. Dalam kaitan ini perlu dicermati kecenderungan baru dalam tata perdagangan internasional untuk memberikan perlindungan terhadap hak milik intelektual (IPR) yang berasal dan dikembangkan oleh penduduk pribumi suatu kawasan (intellectual property rights of indigeniuos people). Karena itu potensi IPR yang bersumber dari kegiatan tradisional masyarakat pesisir ini selayaknya diinventarisir, khususnya pada bidang pemanfaatan yang memiliki nilai ekonomis tinggi, misalnya untuk pengobatan.

Pada bagian ini, faktor peningkatan sumber daya manusia (SDM) yang bekerja di sektor maritim bidang jasa kelautan perlu menjadi pertimbangan. Jumlah pelaut Indonesia yang bekerja di industri wisata bahari mancanegara pada tahun 2001 diperkirakan berjumlah 2,4 juta dan menempatkan Indonesia pada urutan ketiga negara penyedia jasa pelaut dunia setelah Cina dan Filipina. Dengan jumlah tersebut dan memberikan kontribusi bagi devisa yang tidak kecil bagi negara, yakni sejumlah Rp. 12,7 triliun serta menghidupi sekitar 11,5 juta orang (Laode Kamalludin: 2002). Upaya peningkatan kemampuan pelaut nasional yang sesuai dengan standar kemampuan yang disyaratkan secara internasional menjadi variabel lain dalam mengukur kepentingan nasional di bidang kelautan. Sistem pelatihan kepelautan akan menentukan proses sertifkasi nasional yang diakui secara internasional. Pada bagian ini, Indonesia dihadapkan pada kewajiban yang muncul dari SCTW-F (Standard of Training Certification ang Wacthkeeping for Seafares – Fisheries) serta upaya mempertahankan statusnya di dalam White List (SCTW-95).

Seberapa besar nilai ekonomis potensi sumber daya hayati kelautan juga berbanding lurus dengan aspek ketiga, yakni luas wilayah perairan nasional yang tunduk dibawah kedaulatan dan yurisdiksi eksklusif Indonesia yang mencapai 5,9 juta km persegi. Jumlah tersebut terdiri dari 3,2 juta km persegi perairan teritorial dan 2,7 juta km persegi perairan ZEE. Adalah penting untuk dicermati bahwa status sebagai negara kepulauan dengan pantai yang membentang sepanjang 81 ribu kilometer - terbesar kedua di dunia setelah Kanada - memberikan akses langsung kepada sumber daya kelautan di sepanjang pantai nusantara. Kemampuan eksploitasi sumber daya hayati tersebut pada gilirannya memilliki korelasi positif terhadap upaya peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, khususnya yang tinggal di pesisir. Untuk itu, perlu dilihat tingkat pemanfaatan potensi perikanan pada berbagai lokasi guna optimalisasi tangkapan dan menghindari underutilitization, namun pada saat bersamaan mencegah kemungkinan terjadinya overfishing.

Faktor keempat adalah posisi geografis-strategis Indonesia di persimpangan dua samudera dan dua laut setengah tertutup dan menjadi jalur pelayaran strategis bagi navigasi internasional. Berbeda dengan kedua faktor di atas, aspek posisi geografis – meski memberikan kemanfaatan bagi kegiatan perikanan – memberikan tantangan yang tidak kecil dalam bidang pemeliharaan ekosistem lingkungan laut dari ancaman pencemaran dan polusi laut. Dalam kerangka pemahaman realis, upaya memperjuangkan kepentingan nasional akan mendapat “tantangan” dari keinginan negara-negara maritim besar yang secara objektif lebih kuat. Dalam banyak hal, pemaksaan ini dapat dilakukan dengan cara yang canggih (sophisticated) melalui perumusan aturan main yang berlaku dalam suatu kerjasama internasional. Terkadang upaya ini juga diikuti dengan kemungkinan pentaatan hukum terhadap ketentuan yang ada tersebut. Hak negara kepulauan dalam menetapkan alur laut kepulauan (ALK) – sebagaimana dirumuskan dalam pasal 53 UNCLOS 1982 – secara kritis dapat dilihat dari pemahaman demikian. Berdasarkan pasal 53 tersebut, penetapan ALK tidak akan berarti sama sekali jika tidak mencakup seluruh rute normal yang biasa digunakan untuk pelayaran internasional.

Akhirnya, pada analisis terakhir kepentingan nasional akan bermuara kepada konsepsi politik kewilayahan Wawasan Nusantara sebagaimana telah diperjuangkan sejak 1957. Pemahaman ini membawa konsekuensi bahwa kerjasama internasional yang dijalin perlu dilihat secara komprehensif dari berbagai aspek terkait (poleksosbud-hankam) dan tidak semata memberikan penekanan kepada pertimbangan ekonomis. Satu dan lain hal, pemahaman demikian merupakan suatu hal yang wajar mengingat konsepsi kewilayahan yang membuat laut sebagai pengikat kewilayahan telah menyatukan seluruh perairan nasional sebagai suatu kesatuan. Konsepsi politk kewilayahan yang diperjuangan sejak 1957 melalui Deklarasi Djuanda dan dikuatkan dengan UU. No. 4/Prp/1960 ini, akhirnya memperoleh pengakuan internasional di dalam Konferensi Hukum Laut III yang berujung pada penerimaan UNCLOS 1982 pada 10 Desember 1982. Pemerintah Indonesia sendiri tak perlu menunggu waktu yang terlalu lama untuk meratifikasi Konvensi melalui UU No. 17 tahun 1984.
Namun pengakuan internasional terhadap status Indonesia sebagai negara kepulauan ini perlu disikapi bukan sebagai pencapaian puncak perjuangan, melainkan lebih sebagai point of departure. Pemahaman ini membawa implikasi diperlukannya perumusan kebijakan kelautan nasional secara terpadu sebagai penjabaran lebih lanjut dari konsepsi kewilayahan nusantara. Upaya ini dilakukan guna melengkapi sejumlah peraturan perundangan-undangan nasional di bidang kelautan & perikanan, seperti: UU No. 1 Tahun 1973 tentang Landas Kontinen dan peraturan pendukungnya di bidang eksplorasi migas, UU No. 5 tahun 1985 tentang ZEE Indonesia beserta peraturan pendukungnya di bidang perikanan, serta UU No. 6 Tahun 1996 tentang perairan Indonesia. Di luar ketentuan perundangan-perundangan tersebut, Pemerintah pada 28 Juni 2002 secara serentak juga telah menerbitkan tiga Peraturan Pemerintah (PP), masing-masing tentang hak lintas damai (PP No. 36 Tahun 2002), hak alur laut kepulauan Indonesia - disingkat sebagai ALKI (PP No. 37 Tahun 2002) serta penentuan daftar koordinat geografis titik-titik terluar nusantara (PP No. 38 tahun 2002). Peraturan perundangan terakhir ini bahkan memiliki arti yang penting karena memperkuat konsepsi kewilayahan sebagaimana ditegaskan dalam UU No. 6 tahun 1996 tentang Perairan (Indonesia).
Sumber Daya Alam (biasa disingkat SDA) adalah segala sesuatu yang berasal dari alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia.

[sunting]
Jenis
SDA dibagi menjadi dua, yaitu SDA yang dapat diperbaharui dan SDA yang tidak dapat diperbaharui.
SDA yang dapat diperbaharui meliputi air, tanah, tumbuhan dan hewan. SDA ini harus kita jaga kelestariannya agar tidak merusak keseimbangan ekosistem.
SDA yang tidak dapat diperbaharui itu contohnya barang tambang yang ada di dalam perut bumi seperti minyak bumi, batu bara, timah dan nikel. Kita harus menggunakan SDA ini seefisien mungkin. Sebab, seperti batu bara, baru akan terbentuk kembali setelah jutaan tahun kemudian.
SDA juga dapat dibagi menjadi dua yaitu SDA hayati dan SDA non-hayati.
SDA hayati adalah SDA yang berasal dari makhluk hidup. Seperti: hasil pertanian, perkebunan, pertambakan dan perikanan.
SDA non-hayati adalah SDA yang berasal dari makhluk tak hidup (abiotik). Seperti: air, tanah, barang-barang tambang.

Pemanfaatan SDA: Tumbuhan Manfaat tumbuhan antara lain: Menghasilkan oksigen bagi manusia dan hewan Mengurangi polusi karena dapat menyerap karbondioksida yang dipakai tumbuhan untuk proses fotosintesis Mencegah terjadinya erosi, tanah longsor dan banjir Bahan industri, misalnya kelapa sawit bahan industri minyak goreng Bahan makanan, misalnya padi menjadi beras Bahan minuman, misalnya teh dan jahe

Persebaran sumber daya alam tidak selamanya melimpah. ada beberapa sumber daya alam yang terbatas jumlahnya. terkadang dalam proses pembentukannya membutuhkan jangka waktu yang relatif lama dan tidak dapat di tunggu oleh tiga atau empat generasi keturunan manusia.

Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang tersedia di alam dan dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia. Sumber daya alam dibagi menjadi dua, yaitu: sumber daya alam yang dapat diperbarui dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. 1 Sumber daya alam yang dapat diperbarui Ialah sumber daya alam yang dapat diusahakan kembali keberadaannya dan dapat dimanfaatkan secara terus-menerus, contohnya: air, udara, tanah, hutan, hewan dan tumbuhan. A. Air Air merupakan kebutuhan utama seluruh makhluk hidup. Bagi manusia selain untuk minum, mandi dan mencuci, air bermanfaat juga: 1. sebagai sarana transportasi 2. sebagai sarana wisata/rekreasi 3. sebagai sarana irigasi/pengairan 4. sebagai PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) Cekungan di daratan yang digenangi air terjadi secara alami disebut danau, misalnya Danau Toba di Sumatera Utara. Sedangkan cekungan di daratan yang digenangi air terjadi karena buatan manusia disebut waduk, misalnya waduk Sermo di Kulon Progo dan Waduk Gajah Mungkur di Wonogiri (Jateng). B. Udara Udara yang bergerak dan berpindah tempat disebut angin. Lapisan udara yang menyelimuti bumi disebut atmosfer. Lapisan Ozon berfungsi untuk melindungi bumi dari sinar ultraviolet yang dipancarkan oleh matahari. C. Tanah Tanah adalah lapisan kulit bumi bagian atas yang terbentuk dari pelapukan batuan dan bahan organik yang hancur oleh proses alamiah. Tanah banyak dimanfaatkan untuk menanam sumber daya alam pertanian. Pertanian meliputi tanaman untuk makanan pokok, seperti padi, jagung dan sagu. Palawija terdiri dari ubi-ubian dan kacang-kacangan; dan holtikultura yang meliputi berbagai jenis sayuran dan buah-buahan. D. Hewan Hewan di Indonesia dapat digolongkan menjadi dua, yaitu hewan liar dan hewan piaraan. Hewan liar ialah hewan yang hidup di alam bebas dan dapat mencari makan sendiri, misalnya dari jenis burung, ikan dan serangga. Hewan piaraan ialah hewan yang dipelihara untuk sekadar hobi atau kesenangan semata, misalnya burung perkutut, marmut, kucing dan kakaktua. Hewan ternak ialah hewan yang dikembangbiakkan untuk kemudian dimanfaatkan atau diperjualbelikan. E. Tumbuhan a. Hutan Hutan merupakan sebuah areal luas yang ditumbuhi beraneka ragam pepohonan. Dilihat dari jenis pohonnya, hutan dapat dibagi menjadi dua, yaitu: ? Hutan Homogen Ialah hutan yang ditumbuhi oleh satu jenis pohon/tanaman, misal: hutan jati, hutan pinus, hutan cemara dll. ? Hutan Heterogen Ialah hutan yang ditumbuhi oleh berbagai jenis pohon/tanaman. Dilihat dari arealnya, hutan dapat dibagi menjadi lima, yaitu sebagai berikut: ? Hutan lindung ialah hutan yang berfungsi melindungi tanah dari erosi, banjir dan tanah longsor. ? Hutan produksi ialah hutan yang berfungsi untuk menghasilkan berbagai produk industri dan bahan perlengkapan masyarakat, seperti kayu lapis, mebel, bahan bangunan dan kerajinan tangan. ? Hutan wisata ialah hutan yang ditujukan khusus untuk menarik para wisatawan domestik (dalam negeri) maupun wisatawan mancanegara. ? Hutan suaka alam ialah hutan yang berfungsi memelihara dan melindungi flora (tumbuhan) dan fauna (hewan). ? Hutan Mangrove ialah hutan bakau di tepi pantai yang berfungsi untuk menghindari daratan dari abrasi. Hasil hutan yang dapat dimanfaatkan oleh kita yaitu: kayu (jati, pinus, cemara, cendana), damar, rotan, bambu dll. Erosi ialah pengkisan tanah yang disebabkan oleh air hujan. Reboisasi ialah penanaman/penghijauan kembali hutan yang telah gundul. Abrasi ialah penyempitan daratan akibat pengikisan tanah yang disebabkan oleh air laut. Korasi ialah pengikisan daratan yang disebabkan oleh angina. b. Pertanian Pertanian di Indonesia menghasilkan berbagai macam tumbuhan, antara lain padi, jagung, kedelai, sayur-sayuran, cabai, bawang dan berbagai macam buah-buahan, seperti jeruk, apel, mangga, dan durian. Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena sebagian besar penduduk Indonesia mempunyai pencaharian di bidang pertanian atau bercocok tanam. c. Perkebunan Jenis tanaman perkebunan yang ada di Indonesia meliputi karet, cokelat, teh tembakau, kina, kelapa sawit, kapas, cengkih dan tebu. Berbagai jenis di antara tanaman tersebut merupakan tanaman ekspor (kegiatan mengirim barang ke luar negeri ) yang menghasilkan devisa (tabungan bagi negara ).

2. Sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui Ialah sumber daya alam yang apabila digunakan secara terus-menerus akan habis. Biasanya sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui berasal dari barang tambang (minyak bumi dan batu bara) dan bahan galian (emas, perak, timah, besi, nikel dan lain-lain). a. Batu Bara
Batu bara berasal dari tumbuhan purba yang telah mati berjuta-juta tahun yang lalu. Batu bara banyak digunakan sebagai bahan bakar untuk keperluan industri dan rumah tangga.

b. Minyak Bumi Minyak bumi berasal dari hewan (plankton) dan jasad-jasad renik yang telah mati berjuta-juta tahun. c. Emas dan Perak d. Besi dan Timah Besi berasal dari bahan yang bercampur dengan tanah, pasir dan sebagainya. Besi merupakan bahan endapan dan logam yang berwarna putih. Timah berasal dari bijih-bijih timah yang tersimpan di dalam bumi.

Manfaat dan Peta Persebaran Sumber Daya Alam

no Jenis Sumber Daya Alam Hasil Manfaat 1. Barang Tambang Minyak Bumi 1. Cepu, Blora dan Cilacap di Jawa Tengah. 2. Sungai Gerong dan Plaju di Palembang. 3. Dumai dan Sungai Pakning (Riau) 4. Tanjung Pura, Langkat (Sumatera Utara) 5. Tarakan, Balikpapan dan Kutai (Kalimantan Timur) 1. Avtur untuk bahan bakar pesawat terbang 2. Bensin untuk bahan bakar kendaraan bermotor 3. Kerosin untuk bahan baku lampu minyak 4. Solar untuk bahan bakar kendaraan diesel 5. LNG (Liquid Natural Gas) untuk bahan bakar kompor gas 6. Oli ialah bahan untuk pelumas mesin 7. Vaselin ialah salep untuk bahan obat 8. Parafin untuk bahan pembuat lilin 9. Aspal untuk bahan pembuat jalan
Aspal dihasilkan di Pulau Buton

Batu Bara 1. Sawahlunto, Bukit Asam, dan Muara Enim (Sumatera Selatan) 2. Muara Bungo (Jambi) 3. Banjar (Kalimantan Selatan). 4. Semenanjung Cenderawasih (Papua) Batu bara dimanfaatkan untuk bahan bakar industri dan rumah tangga. Biji Besi 1. Gunung Tegak (Lampung) 2. Pulau Sekubu (Kalimantan Selatan) 3. Cilacap (Jawa Tengah) Untuk peralatan rumah tangga, pertanian dan lain-lain. Tembaga 1. Cikotok (Jawa Barat). 2. Tirtomoyo (Jawa Timur) 3. Sangkarapi (Sulawesi Selatan) 4. Kompara (Papua) Tembaga merupakan jenis logam yang berwarna kekuning-kuningan, lunak dan mudah ditempa. Bauksit 1. Pulau Bintan, Pulau Kayang dan Pulau Koyang (Kepulauan Riau) 2. Singkawang (Jawa Barat) Sebagai bahan dasar pembuatan alumunium. Emas dan Perak 1. Cikotok (Jawa Barat). 2. Meulaboh (NAD) 3. Logas (Riau) 4. Rejang Lebong (Bengkulu) Untuk perhiasan Marmer Jawa Timur, Yogyakarta, Lampung, Papua dan Sumatera Barat Untuk bahan bangunan rumah atau gedung Belerang Untuk bahan obat penyakit kulit dan korek api Yodium Untuk obat dan peramu garam dapur beryodium Nikel Untuk bahan pelapis besi agar tidak mudah berkarat. Gas Alam Untuk bahan bakar kompor gas Mangaan Untuk pembuatan pembuatan besi baja Grafit Bermanfaat untuk membuat pensil 2. Hasil Pertanian dan Perkebunan Padi Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi dan Nusa Tenggara Merupakan bahan baku nasi yang menjadi makanan pokok masyarakat Indonesia. Jagung Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Papua dan Kalimantan Bahan membuat makanan ternak di samping sebagai makanan pokok daerah tertentu Karet Alas (NAD); Deli Serdang, Simalungun, Langkat, Labuhan Batu (Sumatera Utara) dan Banyumas (Jawa Tengah) Bahan baku pembuatan ban mobil atau motor/sepeda Kapas Banten; Priangan, Bogor, Cirebon (Jawa Barat); Asembagus dan Kediri (Jawa Timur); Pulau Sumbawa (NTT) dan Lombok (NTB) Bahan baku tekstil Tembaukau Deli Serdang (SUMUT), Klaten( Jawa Tengah), Bojonegoro (Jawa Timur) Bahan baku rokok dan obat Kopi Deli Serdang, Tapanuli (SUMUT);Bukit Barisan (Bengkulu); Besuki dan Malang (Jawa Timur) Bahan baku pembuatan minuman Tebu Untuk bahan baku gula pasir Vanili Untuk penyedap rasa Agave Bermanfaat untuk pembuatan tali Rosela Bermanfaat untuk bahan pembuatan karung goni Kina Untuk membuat obat malaria 3. Hasil Peternakan dan Perikanan Sapi Bali, Madura, Malang, Sumba (NTB), Lembang (JABAR), Boyolali (JATENG) Kerbau SUMUT, SUMBAR, dan Jawa Tengah Kambing Jateng, Jabar dan Jawa Timur Unggas Seluruh Indonesia Ikan Bermanfaat untuk dikonsumsi sebagai sumber protein hewani Rumput Laut Bermanfaat untuk bahan baku makanan dan obat Terumbu Karang Sebagai tempat rekreasi bawah laut.

Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia (SDM) adalah faktor sentral dalam suatu organisasi. Apapun bentuk serta tujuannya, organisasi dibuat berdasarkan berbagai visi untuk kepentingan manusia dan dalam pelaksanaan misinya dikelola dan diurus oleh manusia. Jadi, manusia merupakan faktor strategis dalam semua kegiatan institusi/organisasi. Selanjutnya, MSDM berarti mengatur, mengurus SDM berdasarkan visi perusahaan agar tujuan organisasi dapat dicapai secara optimum. Karenanya, MSDM juga menjadi bagian dari Ilmu Manajemen (Management Science) yang mengacu kepada fungsi manajemen dalam pelaksanaan proses-proses perencanaan, pengorganisasian, staffing, memimpin dan mengendalikan.

Foulkes (1975) memprediksi bahwa peran SDM dari waktu ke waktu akan semakin strategis dengan ucapan berikut:


“For many years it has been said that capital is the bottleneck for a developing industry. I don’t think this any longer holds true. I think it’s the work force and the company’s inability to recruit and maintain a good work force that does constitute the bottleneck for production. … I think this will hold true even more in the future.”[2]

Tidak heran jika sekarang untuk SDM yang handal digunakan terminologi human capital yang semakin santer kita dengar.

Lawas mata kuliah MSDM

Lawas mata kuliah MSDM sesuai dengan fungsi MSDM yaitu hal ihwal staffing dan personalia dalam organisasi, yang mencakup analisis tugas/jabatan, rekrutmen dan seleksi calon tenaga kerja, orientasi, pelatihan, pemberian imbalan, penilaian dan pengembangan SDM. Karena sebagian atau seluruh tugas tentang penempatan personalia yang tepat untuk tugas yang tepat, orientasi, pelatihan, pemberian imbalan, promosi, pendisiplinan serta penilaian kerja untuk perbaikan kinerja merupakan tugas setiap manajer maka scope MSDM mencakup seluruh tugas tentang SDM yang diemban oleh setiap manajer. Dan aspek manajemen serta SDM demikian strategis dan demikian luasnya, maka MSDM melibatkan banyak aspek, terutama dengan faktor-faktor lingkungan internal organisasi (kekuatan dan kelemahan) serta lingkungan eksternal (peluang dan ancaman).

Tantangan manajer masa kini adalah merespons perubahan-perubahan eksternal agar faktor-faktor lingkungan internal perusahaan menjadi kuat dan kompetitif.
MSDM Strategis
Dessler (2000) mendefinisikan Manajemen SDM strategis sebagai berikut:

“Strategic Human Resource Management is the linking of Human Resource Management with strategic role and objectives in order to improve business performance and develop organizational cultures and foster innovation and flexibility”. [3]

Jelaslah bahwa para manajer harus mengaitkan pelaksanaan MSDM dengan strategi organisasi untuk meningkatkan kinerja, mengembangkan budaya korporasi yang mendukung penerapan inovasi dan fleksibilitas.

Peran strategis SDM dalam organisasi bisnis dapat dielaborasi dari segi teori sumber daya, di mana fungsi perusahaan adalah mengerahkan seluruh sumber daya atau kemampuan internal untuk menghadapi kepentingan pasar sebagai faktor eksternal utama. Sumber daya sebagaimana disebutkan di atas, adalah SDM strategis yang memberikan nilai tambah (added value) sebagai tolok ukur keberhasilan bisnis. Kemampuan SDM ini merupakan competitive advantage dari perusahaan. Dengan demikian, dari segi sumber daya, strategi bisnis adalah mendapatkan added value yang maksimum yang dapat mengoptimumkan competitive advantage. Adanya SDM ekspertis: manajer strategis (strategic managers) dan SDM yang handal yang menyumbang dalam menghasilkan added value tersebut merupakan value added perusahaan.

Value added adalah SDM strategis yang menjadi bagian dari human capital perusahaan.
Kecenderungan global: Perubahan, pergeseran

Manajer masa kini dituntut untuk cepat menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan lingkungan yang berlangsung cepat. Tingginya dinamika atau cepatnya perubahan dapat tergambar dari total perdagangan (impor dan ekspor) Amerika Serikat pada tahun 1991 bernilai US$ 907 milyar, pada tahun 1996 meningkat menjadi US$ 1.4 trilyun. Perubahan ini disebabkan antara lain oleh:

• berbagai kemajuan teknologi yang berlangsung sangat cepat pada 10-20 tahun terakhir, terutama dalam telekomunikasi, penggabungan komputer dengan komunikasi, CAD, CAM dan robotika.

• pengaruh globalisasi: perusahaan manufaktur Amerika Serikat memanfaatkan buruh murah di negara-negara berkembang, persaingan yang semakin mendunia, produksi manufaktur multinasional (Toyota di AS, IBM di Jepang dsb.).

• pengaruh deregulasi atau berkurangnya pengaturan harga, entry tariff dsb. oleh pemerintah, proteksi dan monopoli yang semakin berkurang menyebabkan munculnya berbagai perusahaan baru dalam bidang telekomunikasi, penerbangan, bank yang beroperasi dengan biaya yang relatif lebih rendah (sangat kompetitif).

• demografi tenaga kerja global yang berubah, mengarah kepada workforce diversity, diskriminasi tenaga kerja yang semakin longgar, bertambahnya tenaga usia tua dan tenaga kerja wanita

• perubahan sistem sosio-politik seperti Rusia yang menjadi kapitalis, RRT yang menjadi negara industri, berdirinya asosiasi-asosiasi regional (EU, NAFTA, APEC dll.) yang bertujuan antara lain untuk kerjasama ekonomi, liberalisasi dan deregulasi perdagangan; reformasi di Indonesia yang meruntuhkan orde baru mestinya membawa paradigma baru di dunia usaha.

Pergeseran-pergeseran yang telah disebutkan di atas berdampak kepada semakin banyaknya pilihan bagi konsumen; terjadinya mergers, joint-venture dan bahkan divestasi dan menutup usaha; siklus hidup produk menjadi lebih pendek dan terjadi fragmentasi pasar. Fenomena-fenomena tersebut menimbulkan ketidak pastian sebagai tantangan terhadap tugas manajer. Menjawab tantangan ini, agar dapat bersaing dan sustainable sesuai tuntutan perubahan, organisasi bisnis harus responsif, cepat bereaksi dan cost-effective.

Organisasi yang lebih datar (flat organization) kini menjadi norma baru. Organisasi piramidal dengan 7 – 10 lapis kini mulai di”datar”kan menjadi hanya 3 – 4 lapis (AT&T dan GE dari 12 kini menjadi hanya 6 lapis atau kurang). Bentuk piramidal kini bahkan dianggap kuno, tradisional, out of style, “rantai komando” semakin tidak diikuti, tetapi tentunya dengan operating procedures yang jelas. Ini juga menjadi pertimbangan bagi organisasi perguruan tinggi. Jika kita benar mengacu kepada cost effectiveness dan fungsi-fungsi line and staff management yang efisien, apakah memang diperlukan adanya para pembantu dekan jika sudah ada pembantu rektor, atau sebaliknya? Bukankah staff dan line functions kedua management lines tersebut sama? Apakah tidak terdapat redundancy yang berakibat pemborosan? Yang jelas kita mengikuti pola ini karena kepatuhan kepada peraturan pemerintah yang memang memerlukan debirokrasi. Kita tidak akan membahas masalah-masalah perlunya debirokrasi dan pemborosan yang berlebihan di negara kita sekarang ini karena untuk melakukannya mungkin diperlukan waktu bertahun-tahun, yang tentunya juga kurang manfaatnya jika para penentu policy enggan mendengarkan apalagi mau mengubahnya.

Perampingan personalia (downsizing),), dan kecenderungan bekerja dalam team yang lebih mendasarkan kerjanya kepada process, bukan fungsi spesialisasi, semakin menonjol. Istilah pemberdayaan yang kini digunakan dalam banyak aspek, juga merambah ke manajemen SDM. Pemberdayaan tenaga kerja (employee empowerment) dilaksanakan terutama bagi front line employees (seperti front desk clerks) untuk memberikan kepuasan maksimum kepada pelanggan.

Berkaitan dengan kiprah manajer mengantisipasi perubahan struktur organisasi bisnis, Prof. Rosebeth Moss Kanter mengatakan:

“Position, title and authority are no longer adequate tools for managers to rely on to get their jobs done. Instead, success depends increasingly on tapping into sources of good idea, on figuring out whose collaboration is needed to act on those ideas, and on working with both to produce results.” [4]

Manajemen sekarang telah banyak berubah dari keadaan 20-30 tahun lampau, di mana human capital menggantikan mesin-mesin sebagai basis keberhasilan kebanyakan perusahaan. Drucker (1998), pakar manajemen terkenal bahkan mengemukakan bahwa tantangan bagi para manajer sekarang adalah tenaga kerja kini cenderung tak dapat diatur seperti tenaga kerja generasi yang lalu. Titik berat pekerjaan kini bergerak sangat cepat dari tenaga manual dan clerical ke knowledge-worker yang menolak menerima perintah (“komando”) ala militer, cara yang diadopsi oleh dunia bisnis 100 tahun yang lalu.[5]

Kecenderungan yang kini berlangsung adalah, angkatan kerja dituntut memiliki pengetahuan baru (knowledge-intensive, high tech.- knowledgeable) , high tech.- knowledgeable) yang sesuai dinamika perubahan yang tengah berlangsung. Tenaga kerja di sektor jasa di negara maju (kini sekitar 70 persen) dari tahun ke tahun semakin meningkat, dan tenaga paruh waktu (part-timer) juga semakin meningkat. Pola yang berubah ini menuntut “pengetahuan” baru dan “cara penanganan” (manajemen) yang baru. Human capital yang mengacu kepada pengetahuan, pendidikan, latihan, keahlian, ekspertis tenaga kerja perusahaan kini menjadi sangat penting, dibandingkan dengan waktu-waktu lampau[6].

Dalam ketegori workforce diversity, sedang berlangsung peningkatan umur manusia yang berdampak kepada meningkatnya umur lanjut memasuki angkatan kerja. Di AS dalam 20 tahun terakhir (sejak 1979) terjadi peningkatan umur median dari 34.7 tahun ke 37.8 (1995) dan diproyeksikan menjadi 40.5 pada tahun 2005, sedang berlangsung peningkatan umur manusia yang berdampak kepada meningkatnya umur lanjut memasuki angkatan kerja. Di AS dalam 20 tahun terakhir (sejak 1979) terjadi peningkatan umur median dari 34.7 tahun ke 37.8 (1995) dan diproyeksikan menjadi 40.5 pada tahun 2005[7]. Demikian pula tenaga kerja wanita termasuk wanita berkeluarga dan dual career secara global cenderung meningkat.

Bank teller, operator telepon, juru tik, semua kini menggunakan komputer sehingga penguasaan atas komputer bukan lagi fakultatif atau alternatif tetapi mutlak bagi angkatan kerja white collar sekarang ini. Berlangsungnya progress globalisasi dan teknologi di Indonesia juga tidak ketinggalan. Perhatikan iklan Arthur Anderson/Prasetyo Strategic Consulting, operator telepon, juru tik, semua kini menggunakan komputer sehingga penguasaan atas komputer bukan lagi fakultatif atau alternatif tetapi mutlak bagi angkatan kerja white collar sekarang ini. Berlangsungnya progress globalisasi dan teknologi di Indonesia juga tidak ketinggalan. Perhatikan iklan Arthur Anderson/Prasetyo Strategic Consulting[8], yang membuka pelamar kerja untuk Information Technology Systems and Network Security Consultants Systems and Network Security Consultants (yang menguasai IT security products seperti Firewall etc.); Enterprise Solutions Risk Management Consultants (pengalaman dalam implementasi SAP review/audit, Oracle, project management); Banking Systems Specialist, Telecommunications System Consultants (a.l. berpengalaman dalam finance & accounting system, internet service provision, E-Commerce, EDP audit etc.); E-Business consultants, dan Integrated Customer Solutions Consultants.
Penutup

Jelaslah bahwa dinamika bisnis awal abad 21 sekarang mengandung kata-kata kunci seperti: high tech knowledge-based HR, strategic management, IT, e-business (banking, commerce, procurement etc.). Inilah antara lain tantangan manajer masa kini, dan angkatan kerja abad 21. Lembaga pendidikanpun perlu berubah, perlu menyesuaikan diri, tinggalkan paradigma lama agar tak tertinggal bersama keusangan abad yang lalu.

Kepustakaan/Acuan

Dessler, Gary (2000): Human Resource Management, International Edition, 8th Ed. Prentice Hall, Inc., Upper Saddle River, New Jersey.

Jarvis, Chris: http://sol.brunel.ac.uk/~jarvis/bola/personnel/index.html#pest

Andi Dungan, PhD: http://www.graceland.edu/~dungan/hrm/homepage_hrm.html

[1] Oleh: Rudy C Tarumingkeng, PhD. Kuliah Perdana Manajemen Sumber Daya Manusia, Program Pasca Sarjana – Magister Manajemen, Universitas Kristen Krida Wacana, 14 Februari 2000. Antologi UKRIDA 7:1-9 (2000).

[2] Foulkes, Fred K. (1975). Harvard Business Review, March-April 1975

[3] Dessler, Gary (2000): Human Resource Management, International Edition, 8th Ed. Prentice Hall, Inc., Upper Saddle River, New Jersey.

[4] Kanter, Rosabeth Moss (1989). The New Managerial Works. Harvard Business Review, Nov-Dec 1989, p. 88.

[5] Drucker, Peter (1988). The Coming of the New Organization. Harvard Business Review. Jan-Feb 1988, p. 45.

[6] Moskowitz, R. and Warwick D. (1996). The 1994-2005 Job Outlook in Brief. Occupational Outlook Quarterly 40(1): 2-41.

[7] Fullerton, Jr., H. (1993). Another Look at the Labor Force. Monthly Labor review. Nov. 1993

[8] Harian Kompas 13 Februari 2000, p. 4,5.

Faktor produksi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas



Langsung ke: navigasi, cari

Dalam ilmu ekonomi, faktor produksi adalah sumber daya yang digunakan dalam sebuah proses produksi barang dan jasa. Pada awalnya, faktor produksi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya alam, dan kewirausahaan. Namun pada perkembangannya, faktor sumber daya alam diperluas cakupannya menjadi seluruh benda tangible, baik langsung dari alam maupun tidak, yang digunakan oleh perusahaan, yang kemudian disebut sebagai faktor fisik (physical resources). Selain itu, beberapa ahli juga menganggap sumber daya informasi sebagai sebuah faktor produksi mengingat semakin pentingnya peran informasi di era globalisasi ini.(Griffin R: 2006) Secara total, saat ini ada lima hal yang dianggap sebagai faktor produksi, yaitu tenaga kerja (labor), modal (capital), sumber daya fisik (physical resources), kewirausahaan (entrepreneurship), dan sumber daya informasi (information resources).

Daftar isi
[sembunyikan]
1 Sumber daya fisik
2 Tenaga kerja
3 Modal
4 Kewirausahaan
5 Sumber daya informasi
6 Referensi
[sunting] Sumber daya fisik
Faktor produksi fisik ialah semua kekayaan yang terdapat di alam semesta dan barang mentah lainnya yang dapat digunakan dalam proses produksi. Faktor yang termasuk di dalamnya adalah tanah, air, dan bahan mentah (raw material).
[sunting] Tenaga kerja
Tenaga kerja merupakan faktor produksi insani yang secara langsung maupun tidak langsung menjalankan kegiatan produksi. Faktor produksi tenaga kerja juga dikategorikan sebagai faktor produksi asli. Dalam faktor produksi tenaga kerja, terkandung unsur fisik, pikiran, serta kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja. Oleh karena itu, tenaga kerja dapat dikelompokan berdasarkan kualitas (kemampuan dan keahlian) dan berdasarkan sifat kerjanya.
Berdasarkan kualitasnya, tenaga kerja dapat dibagi menjadi tenaga kerja terdidik, tenaga kerja terampil, dan tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih. Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memerlukan pendidikan tertentu sehingga memiliki keahlian di bidangnya, misalnya dokter, insinyur, akuntan, dan ahli hukum. Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja yang memerlukan kursus atau latihan bidang-bidang keterampilan tertentu sehingga terampil di bidangnya. Misalnya tukang listrik, montir, tukang las, dan sopir. Sementara itu, tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja yang tidak membutuhkan pendidikan dan latihan dalam menjalankan pekerjaannya. Misalnya tukang sapu, pemulung, dan lain-lain.
Berdasarkan sifat kerjanya, tenaga kerja dibagi menjadi tenaga kerja rohani dan tenaga kerja jasmani. Tenaga kerja rohani adalah tenaga kerja yang menggunakan pikiran, rasa, dan karsa. Misalnya guru, editor, konsultan, dan pengacara. Sementara itu, tenaga kerja jasmani adalah tenaga kerja yang menggunakan kekuatan fisik dalam kegiatan produksi. Misalnya tukang las, pengayuh becak, dan sopir.
[sunting] Modal
Yang dimaksud dengan modal adalah barang-barang atau peralatan yang dapat digunakan untuk melakukan proses produksi. Modal dapat digolongkan berdasarkan sumbernya, bentuknya, berdasarkan pemilikan, serta berdasarkan sifatnya. Berdasarkan sumbernya, modal dapat dibagi menjadi dua: modal sendiri dan modal asing. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari dalam perusahaan sendiri. Misalnya setoran dari pemilik perusahaan. Sementara itu, modal asing adalah modal yang bersumber dari luar perusahaan. Misalnya modal yang berupa pinjaman bank.
Berdasarkan bentuknya, modal dibagi menjadi modal konkret dan modal abstrak. Modal konkret adalah modal yang dapat dilihat secara nyata dalam proses produksi. Misalnya mesin, gedung, mobil, dan peralatan. Sedangkan yang dimaksud dengan modal abstrak adalah modal yang tidak memiliki bentuk nyata, tetapi mempunyai nilai bagi perusahaan. Misalnya hak paten, nama baik, dan hak merek.
Berdasarkan pemilikannya, modal dibagi menjadi modal individu dan modal masyarakat. Modal individu adalah modal yang sumbernya dari perorangan dan hasilnya menjadi sumber pendapatan bagi pemiliknya. Contohnya adalah rumah pribadi yang disewakan atau bunga tabungan di bank. Sedangkan yang dimaksud dengan modal masyarakat adalah modal yang dimiliki oeleh pemerintah dan digunakan untuk kepentingan umum dalam proses produksi. Contohnya adalah rumah sakit umum milik pemerintah, jalan, jembatan, atau pelabuhan.
Terakhir, modal dibagi berdasarkan sifatnya: modal tetap dan modal lancar. Modal tetap adalah jenis modal yang dapat digunakan secara berulang-ulang. Misalnya mesin-mesin dan bangunan pabrik. Sementara itu, yang dimaksud dengan modal lancar adalah modal yang habus digunakan dalam satu kali proses produksi. Misalnya, bahan-bahan baku.
[sunting] Kewirausahaan
Faktor kewirausahaan adalah keahlian atau keterampilan yang digunakan seseorang dalam mengkoordinir faktor-faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Sebanyak dan sebagus apa pun faktor produksi alam, tenaga manusia, serta modal yang dipergunakan dalam proses produksi, jika dikelola dengan tidak baik, hasilnya tidak akan maksimal.
[sunting] Sumber daya informasi
Sumber daya informasi adalah seluruh data yang dibutuhkan perusahaan untuk menjalankan bisnisnya. Data ini bisa berupa ramalan kondisi pasar, pengetahuan yang dimiliki oleh karyawan, dan data-data ekonomi lainnya.
[sunting] Referensi

Griffin R. 2006. Business. New Jersey: Pearson Education.


Kewirausahaan



Written by Administrator
Monday, 27 December 2004
Analisis Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan Di Bidang Pehotelan (Studi Kasus Hotel Sonno Bintan Permai) (1998)
Pengaruh Kualitas Pelayanan Dalam Pengembangan Usaha Sanggar Senam Di Jakarta Utara (1998)
Evaluasi Sumber-Sumber Permodalan Pada Wirausaha Kopi Di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan (1998)
Faktor-Faktor Yang Melatarbelakangi Wirausaha Suku Minang Dalam Kewirausahaan Pada Usaha Dagang Di Daerah Kebayoran Baru Jakarta Selatan (1999)
Evaluasi Latar Belakang Pribadi Wirausaha Suku Bangsa Madura Dengan Pilihan Usaha Bisnis Besi Tua Dan Kayu Bekas Di Daerah Cakung Jakarta Timur (1998)
Analisis Sepuluh Prinsip-Prinsip Etika Terhadap Wirausaha Rumah Makan Minang Di Wilayah Kelurahan Pondok Cina Depok Jawa Barat (1999)
Analisis Faktor-Faktor Yang Mengembangkan Kreatifitas PT. Sanggar Mustika Padma Food Court (1999)
Keuntungan Dan Kerugian Bagi Pengusaha Waralaba Lokal Indonesia Dalam Mengembangkan Usahanya Melalui Waralaba Pada Usaha Restoran Di Jakarta (1999)
Faktor-Faktor Pemicu Untuk Berwirausaha ( Studi Kasus Pada Lapak Besi Tua Suku Madura Di Tanggerang) (1999)
Faktor-Faktor Motivasi Wirausaha Di Bidang Agen Koran Di Wilayah Harmoni Jakarta Dalam Rangka Melepaskan Diri Dari Lingkungan Yang Tidak Sesuai (1999)
Analisa Ketetapan Pemilihan Lokasi Usaha Rumah Makan Padang Sabang Jaya (2000)
Hubungan Karakteristik Dan Kewirausahaan Dengan Keberhasilan Bertahan (Studi Kasus Industri Konveksi Jakarta Barat) (2000)
Pengaruh Karakteristik Kepemimpinan Infrastruktur Dan Keberhasilan Usaha Jasa Sewa Mobil (Studi Kasus Pemilik PT. Aini Transindo Jakarta) (2000)
Langkah-Langkah Metode On The Job Training Yang Ditetapkan Perusahaan Dan Hubungannya Dengan Peningkatan Kinerja Karyawan (Studi Kasus Pada PT. Alpindo Mitra Baja) (2000)
Analisis Keterampilan Wirausaha Dalam Membangun Budaya Kewirausahaan (Studi Kasus Pada PT. Putra Utama Prima Mandiri) (2000)
Identifikasi Faktor-Faktor Yang Dapat Meningkatkan Loyalitas Pelanggan Pada Perusahaan Eco-Business (Studi Kasus Pada PT. Body Shop) (2000)
Analisis Perilaku Kepemimpinan Yang Efektif Dalam Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Perusahaan Perorangan Prima Indah Di Harmoni Jakarta Pusat) (2000)
Analisa Pengakuan Pendapatan Dan Beban Pada Perusahaan Asuransi Kerugian Pada PT. X (2000)
Analisa Karakteristik Nama Merek Yang Baik Pada Wirausaha Toko Kue Dan Roti Widya Cafe (2000)
Analisa Ketetapan Pemilihan Lokasi Usaha Rumah Makan Padang Sabang Jaya (2000)
Langkah-Langkah Yang Diperlukan Usaha Kecil Dalam Memasuki Pasar Global (2000)
Tahapan Proses Kreatifitas Seni Kerajinan Tangan Terpadu PT. Prasidha Adhi Karya Bandung Jawa Barat (2000)
Pelaksanaan Fungsi-Fungsi Manajemen Pada Usaha Kecil Yang Sedang Tumbuh (Studi Kasus Pada Salon Talents) (2000)
Praktek Penerapan Manajemen Sumber Daya Manusia Oleh Wirausaha Salon Kecantikan Di Jakarta (2000)
Hubungan Karakteristik Dan Kewirausahaan Dengan Keberhasilan Bertahan (Studi Kasus Industri Konveksi Jakarta Barat) (2000)
Pelaksanaan Pencegahan Pencurian Yang Dilakukan Oleh Karyawan Dalam Usaha Kecil (Studi Kasus Koperasi Serba Usaha Sejati Mulia Di Jakarta Selatan) (2000)
Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Wirausaha) Dalam Menjalankan Usahanya (Studi Kasus Pada PT. Coca Cola Amatil Indonesia) (2000)
Analisa Bentuk Inovasi Produk Yang Diterapkan Oleh Wirausaha Dalam Kegiatan Usaha (Studi Kasus Pada Perusahaan Garmen Tri K Di Tanggerang) (2000)
Analisa Pendekatan-Pendekatan Manajemen Pada Usaha Dalam Pertumbuhan (Studi Kasus CV. Delapan Bintang Sejahtera) (2000)
Analisa Kunci Sukses Strategi Pengembangan Jamgka Panjang Pada Usaha Konfeksi Di Daerah Pademangan Jakarta Utara (2000)
Proses Manajemen Strategi Yang Vital Bagi Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Perusahaan Agrobisnis PT. Tunas Utama Sari Perkasa (2000)
Analisis Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Stress Down Dalam Kewirausahaan (Studi Kasus Pada Usaha Penjahitan Pakaian Seragam Kantor Di Pasar Tanah Abang Jakarta Pusat) (2000)
Meningkatkan Kreatifitas Pada Karyawan (Studi Kasus Pada PT. Lentera Cipta Nusa) (2000)
Pelaksanaan Pemeliharaan Standar Etika (Studi Kasus Perusahaan Roti Dan Kue Lauw) (2000)
Analisa Keputusan-Keputusan Promosi Penjual Pada Lokananta Warung Dan Gallery (2000)
Meningkatkan Kreatifitas Pada Karyawan (Studi Kasus Pada PT. Lentera Cipta Nusa) (2000)
Analisis Gaya Kepemimpinan Wirausaha Wanita (Studi Kasus Pada Toserba X Di Bekasi) (2000)
Budaya Bisnis Keluarga Pada Usaha Rumah Makan (Analisis Komparatif Antara Budaya Bisnis Keluarga Etnis Cina Dan Etnis Jawa) Di Kawasan Kebayoran Baru (2000)
Analisa Peran Dan Hubungan Keluarga Bagi Anggota Keluarga Dalam Bisnis Keluarga (Studi kasus Pada Bisnis Keluarga Etnis Cina Di Toko Mas Ria Gembira) (2000)
Pelaksanaan Fungsi-Fungsi Manajemen Pada Usaha Kecil Yang Sedang Tumbuh (Studi Kasus Pada Salon Talents) (2000)
Faktor-Faktor Sukses Usaha Baru (Studi Kasus Pada CV. Kebayoran Motor) (2000)
Perbedaan Karakteristik Wirausaha Etnis Cina Dengan Wirausaha Pribumi Pada Toko Suku Cadang Mobil Di Pasar Cipete Jakarta Selatan (2000)
Analisa Masalah-Masalah Yang Harus Dipecahkan Dalam Rencana Sukses (Studi Kasus Pada PT. Surya Mahkota Timber Industry) (2000)
Penerapan Langkah-Langkah Rencana Sukses Manajemen Bisnis Keluarga (Studi Kasus Pada CV. Logam Mustika Jakarta) (2000)
Analisa Peran Dan Hubungan Keluarga Bagi Anggota Keluarga Dalam Bisnis Keluarga (Studi Kasus Pada Bisnis Keluarga Etnis Cina Di Toko Mas Ria Gembira) (2000)
Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Wirausaha) Dalam Menjalankan Usahanya (2000)
Analisis Penerapan Nilai Dan Konsep Total Quality Management Pada Wirausaha (2000)
Pengembangan Strategi Pemasaran Bagi Wirausaha (Studi kasus Pada Usaha Balon Rakit Milik Bapak Sukandi) (2000)
Evaluasi Perencanaan Bisnis Pada Warung Telekomunikasi PT. Harapan Induk Jaya (2000)
Evaluasi Keuntungan Keuntungan Waralaba Bagi Terwaralaba Sebagai Pendorong Dalam Memilih Usaha Waralaba Di Jakarta (2000)
Analisis Faktor-Faktor Yang Memotivasi Wanita Memilih Untuk berwirausaha (Studi Kasus Pada Salon Kecantikan Di Daerah Jati Bening) (2001)
Tahap-tahap Dalam Menentukan Strategi Perusahaan (Studi Kasus Perusahaan Percetakan CV Indo Medika Jakarta) (2001)
Analisis Tanda-Tanda Kepailitan Pada CV. X Di Kebon Jeruk Jakarta Barat (2001)
Pengaruh Ciri-Ciri Inovasi Terhadap Kinerja Inovasi (Studi Kasus Wirausaha Dekorasi Dan Pengatur Acara Perkawinan Adat Minang) (2001)
Analisa Masalah-Masalah Yang Harus Di Pecahkan Dalam Rencana Sukses (Studi Kasus Pada PT. Surya Mahkota Industry (2001)
Proses Sukses Bisnis Keluarga Pada Pabrik Kecap Cap Kunci Di Karawang Jabar (2001)
Pengaruh Karakteristik Inovasi Terhadap Inovasi Kerja (Studi Kasus Pada Restoran Gondola) (2001)
Pelaksanaan Faktor-Faktor Sukses Usaha Baru Pada Harry S. Custom Craft Di Kawasan BSD (2001)
Analisis Faktor-Faktor Strategi Pendorong Pasar Yang Harus Di Perhatikan Oleh Usaha Baru Untuk mencapai Keberhasilan Usaha (2001)
Keterampilan-Keterampilan Pribadi Wirausaha (Studi Kasus Pada Usaha Pakaian Jadi Anggraini Di Rawamangun Jakarta Timur (2001)
Proses Manajemen Strategi Pada Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Perusahaan Catering PT. Bale Rasa Nusantara) (2001)
Rekrutmen Dan Mempertahankan Karyawan Di restoran Nana BanTei (2001)
Faktor-Faktor Yang meningkatkan Kreatifitas Karyawan Pada PT. Xyber Center Internet (2001)
Analisa Model Peran Dan Sistem Pendukung Pada Pedagang kaki Lima Perumahan Emas (2001)
Analisa Karakteristik Pribadi Wirausaha Industri Rumah Tangga Tas Wanita Di Jak Ut (2001)
Evaluasi Faktor-Faktor Penentu Kepuasan Awal Anggota Keluarga Dengan Proses Suksesi (Studi Kasus Pada Restoran Sari Indah Di Jak Sel) (2002)
Analisis Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen Usaha Kecil Pada Masa Pertumbuhan (Studi Kasus Pada CV. Infomedika) (2002)
Analisa Pengawasan Pemasaran Dan Penjualan Dalam meningkatkan Pendapatan Di Perusahaan Angkutan CPO Anggrek Cempaka Jakarta (2002)
Analisa Deskriptif Latar Belakang Pria Dan Wanita Dalam Berwirausaha (Studi Kasus Pada Salon Kecantikan Di Kelurahan Grogol Dan Tanjung Duren) (2002)
Ciri-Ciri Pribadi Wirausaha Wanita Yang Sukses (Studi Kasus Pada 12 Salon Kecantikan Di Kelurahan Grogol Dan Tanjung Duren) (2002)
Penerapan Strategi Untuk Membangun Keunggulan Daya Saing (Studi Kasus Pada PT. H. Jin Sun Garment) (2002)
Analisis Alasan-Alasan Yang Mendorong Wirausaha Memulai Usaha Kecil (Studi Kasus: Rhabilas Prima Laundry And Dry Cleaning Service Jakarta Timur) (2002)
Tahap-Tahap Proses Sukses Dalam Bisnis Keluarga (Studi Kasus Pada PT. Agung Asli) (2001)
Analisa Faktor-Faktor Keunggulan Kompetitif Pada Restoran 99 Di Biak Irian Jaya (2001)
Evaluasi Perencanaan Bisnis Pada Warung Telekomunikasi PT. Pra Sarana Putra Indonesia Di Jakarta (2002)
Pengaruh Orientasi Strategi Perusahaan Terhadap Ciri-Ciri Inovasi (Studi Kasus Citilink Garuda Indonesia) (2002)
Tahap-Tahap Daur Hidup Yang Dilalui Oleh Perusahaan Keluarga Pada PT. Putra Perkasa Cahaya (2002)
Tinjauan-Tinjauan Wirausaha Dalam Kewirausahaan Yang Berkesinambungan Di Pasar Mulya Jaya Kreo Ciledug Tanggerang (2002)
Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen Pada Usaha Dalam Tahap Pertumbuhan (Studi Kasus Pada PT. Mahkota Muda Trimitra) (2002)
Faktor-Faktor Yang Harus Diperhatikan Untuk Tetap Sukses Dalam Menjalankan Usaha (Studi Kasus Pada PT. Wahana Prima Putra Mandiri) (2002)
Strategi Bersaing Generik Untuk Memperkuat Posisi Pasar Pada HAS Car Salon Di Jakarta (2002)
Tujuan-Tujuan Wirausaha Dalam Kewirausahaan Yang Berkesinambungan Di Pasar Mulya Jaya Kreo Cileduk Tanggerang (2002)
Langkah-Langkah Menuju Keberhasilan Ekspor (Studi Kasus Pada PT. Young Son Bros Mahkota Mulia) (2002)
Praktek Manajemen Strategi Pada Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Perusahaan Furniture PT. Dwipapuri Asri Di Surabaya) (2003)
Faktor-Faktor Pengadopsi Tekhnologi Baru Dalam Sektor Ritel Pada PT. Alpha Retailindo Tbk. Di jakarta (2002)
Faktor-Faktor Yang Membuat Usaha Baru tetap Bertahan Pada Toko Kue Dan Roti Rosa (2002)
Faktor-Faktor Keberhasilan Sukses Dalam Bisnis Keluarga (Studi Kasus Bengkel Vespa Yanto Motor) (2002)
Analisis Penerapan Dimensi Kewirausahaan Dalam Upaya Peningkatan Kinerja Perusahaan Pada PT. X (2003)
Kekuatan-Kekuatan Yang Mempengaruhi Persaingan Industri Pada Retail Handphone Agung Selular (2003)
Proses Perencanaan Strategi Bagi Wirausaha Pada Jhonny Danuarta salon (2003)
Analisa Peran Dan Hubungan Keluarga Dalam Bisnis Keluarga (Studi Kasus Pada Toko Bohemia Kristal Dan Varetta Konveksi) (2003)
Faktor-Faktor Usaha Baru (Studi Kasus Pada CV. Kebayoran Motor) (2003)
Last Updated ( Thursday, 03 August 2006 )
ANALISIS KOMPARATIF FAKTOR PARTISIPASI ANGGOTA, KINERJA SUMBER DAYA MANUSIA, PERAN PEMERINTAH DAN TINGKAT KEBERHASILAN ANTARA KOPERASI MULTI USAHA DAN TUNGGAL USAHA PADA KOPERASI SUSU SAPI PERAH DI JAWA TIMUR


COMPARATIVE ANALYSIS FOR FACTORS OF MEMBERS PARTICIPATION AND PERFORMANCE OF THE COOPERATNE HUMAN RESOURCES AS WELL AS GOVERNMENT ROLE AND COOPERATIVE SUCCESS BETWEEN MULTY PURPOSE AND SINGLE PURPOSE COOPERATIVE IN DAIRY COW MILK COOPERATIVE IN EAST JAVA
By: Fathorrazi, M.
Email: library@lib.unair.ac.id; library@unair.ac.id
Post Graduate Airlangga University
Created: 2007-01-05 , with 1 file(s).


Keywords: Members participation, performance of cooperative human resources, government role, and cooperative success
Subject: DAIRYING, COOPERATIVE; COOPERATIVE SOCIETIES – OFFICIALS AND EMPLOYEES
Call Number: KKB KK-2 Dis E 04/05 Fat a

Koperasi adalah organisasi swadaya yang menjalankan perusahaan. Oleh karena itu, pengelolaan koperasi tidak jauh berbeda dengan badan usaha lain, yaitu harus dapat dikelola secara efisien agar dapat memberikan cooperative effect pada anggotanya. Bertalian dengan keharusan mempertahankan jati dirinya, maka faktor-faktor yang menentukan keberhasilan koperasi tidak dapat disamakan dengan badan usaha lainnya.

Koperasi merupakan kumpulan orang bukan kumpulan modal, sehingga partisipasi anggota merupakan salah satu faktor yang ikut berperan mensukseskan koperasi. Di samping itu, efektifitas organisasi akan sangat ditentukan oleh kinerja sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi itu sendiri. Sumber daya manusia yang langsung terkait dengan keberhasilan koperasi ialah pengurus dan manajernya, maka pengaruh pengurus dan manajer tidak dapat diabaikan dalam pengelolaan koperasi. Koperasi sebagai salah satu pranata bisnis tentunya juga tidak akan terlepas dari pengaruh peran pemerintah karena koperasi Indonesia banyak yang lahir atas prakarsa pemerintah sehingga peran pemerintah menjadi sangat penting.

Koperasi mempunyai ciri unik yang membedakannya dengan badan usaha lainnya, yaitu pemilik dan pelanggan adalah orang yang sama. Akibatnya terdapat beberapa implikasi bagi koperasi sebagai konsekuensi dari adanya ciri khas tersebut, yaitu ragam fokus usaha inti di koperasi identik dengan banyaknya unit usaha anggotanya, maka semakin tidak terfokus usaha koperasi berarti semakin heterogen anggotanya. Koperasi yang mempunyai anggota yang heterogen akan membawa konsekuensi tersendiri, yaitu timbul konflik, biaya partisipasi bertambah, skala usaha kecil, proses belajar sambil bekerja kurang berkembang, kurang adopsi teknologi, bahkan dibutuhkan manajernya yang mempunyai kemampuan lebih. Oleh karena itu, pengaruh fokus usaha inti terhadap keberhasilan koperasi, partisipasi anggota, kinerja pengurus dan manajer, serta peran pemerintah menjadi penting untuk diamati dan dikaji dalam rangka menemukan bentuk koperasi yang terdapat keunggulan di dalamnya.

Studi ini bermaksud mengkaji dan menganalisis perbedaan antara kinerja koperasi tunggal usaha dan koperasi multi usaha. Juga, untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh fokus usaha inti koperasi terhadap keberhasilan koperasi, partisipasi anggota, kinerja pengurus dan manajer. Di samping itu, akan dianalisis pula pengaruh peran pemerintah terhadap keberhasilan koperasi.

Studi ini dilakukan di Jawa Timur, melibatkan sampel koperasi sapi perah sebanyak 24 koperasi multi usaha dan 6 (enam) koperasi tunggal usaha dengan teknik Proportional Stratified Random Sampling, 560 anggota dengan teknik sampel minimal, serta 118 pengurus dan 30 manajer dengan teknik purposive sampling. Dari analisis menggunakan Uji Beda dan Path Analysis- ditemukan beberapa hal penting yang amat berguna bagi pengembangan teori ekonomi koperasi maupun pengembangan koperasi sapi perah di Jawa Timur.

Temuan penting dari studi ini adalah terdapat perbedaan partisipasi anggota, kinerja manajer, pembinaan pemerintah dan bantuan modal pemerintah, serta keberhasilan koperasi antara koperasi multi usaha dan koperasi tunggal usaha. Di samping itu, studi ini memberikan bukti empirik bahwa ragam fokus usaha inti berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan koperasi secara langsung dan melalui partisipasi anggota dan kinerja manajernya, sedangkan kinerja pengurusnya dan peran pemerintah berupa pembinaan dan bantuan modal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan koperasi.

Implikasi penting dari penelitian ini adalah semakin terfokus usaha koperasi, maka semakin berhasil koperasi tersebut dalam kegiatan sapi perah. Berdasarkan temuan ini disarankan bagi koperasi multi usaha agar unit usaha peternakan sapi perah dikelola secara otonom.

Peran pemerintah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan koperasi. Hal ini berarti bantuan modal pemerintah menciptakan rasa kepemilikan anggota terhadap koperasinya semakin kecil, yang ditunjukkan dengan partisipasi anggota yang semakin rendah. Akibatnya tingkat keberhasilan koperasi semakin rendah pula. Disisi lain, pembinaan pemerintah berupa pemerintah bertindak sebagai wirausaha koperasi menyebabkan kinerja manajemen koperasi berkurang. Koperasi menjadi tergantung pada program pemerintah, akibatnya tingkat keberhasilannya juga berkurang. Berdasarkan temuan ini disarankan hendaknya bantuan pemerintah pada koperasi dibatasi dalam jangka waktu tertentu, yang tidak menciptakan semakin ketergantungan koperasi pada pemerintah.

Mekanisme pasar yang berjalan dalam kegiatan sapi perah selama ini ialah mengikuti pola pasar monopsoni atau satu pembeli. Kondisi ini menciptakan ketergantungan yang amat besar bagi koperasi terhadap pembeli tunggalnya. Berdasarkan kondisi ini disarankan pengelolaan koperasi tercipta terobosan baru agar hasil produksi anggota dapat diwujudkan dalam berbagai produk.

Kegiatan susu sapi perah sarat dengan penggunaan teknologi. Oleh karena itu, pengembangan unit usaha yang memanfaatkan penggunaan teknologi dari hulu ke hilir hendaknya menjadi rencana strategis masa depan, sedangkan untuk kepentingan penelitian lain yang tertarik pada aktivitas kegiatan sapi perah oleh koperasi disarankan upaya untuk mengungkap kinerja koperasi susu hendaknya melalui pemanfaatan data time series, karena di samping dapat diikuti wujud perbedaannya juga akan dapat diamati arah perkembangannya.


Translation:
Cooperative is a self-support organization running an enterprise. Therefore, the cooperative has to be managed efficiently in order to be successfuI and able to provide the cooperative effect to its members. The success of cooperative is much determined by participation of its members, performance of management and its managers, as well as guidance and capital assistance from the government. Since the cooperative has a specific characteristic that its owners and its customers are the same persons, the core business focuses cannot be neglected in supporting the success of cooperative.

This study was intended to prove and analyze the difference between performance of the multi purpose cooperative and single purpose cooperative, the influence of core business focus of cooperative upon the success of cooperative directly and was also intended to prove and analyze the influence of variety of core business focus of cooperative upon the success of cooperative through participation of its members, performance of management and its managers. In addition, the influence of guidance and capital assistance from government upon the success of cooperative was also verified and analyzed.

This study was carried out in East Java, taking the research object of dairy cow milk cooperatives. This study used 24 multi business and 6 sole business cooperatives using the proportional stratified random sampling technique. Meanwhile, 560 members were treated under the minimal sample technique; whereas 118 management personnel and 30 managers were analyzed by using the purposive sampling technique. The testing devices applied were Differential Test and Path Analysis,

Outputs of this study was indicated that variety of cooperative core business focuses had significant direct influence upon the success of cooperative through performance and participation of its members and its managers. The core business focuses do not had significant influence upon the success of the cooperative through the performance of its management. It has also concluded that guidance and capital assistance of the government had no significant influence upon the success of cooperative. Under such a circumstance, it is suggested to have the dairy cow business at the milk cooperative managed autonomously, adopting the advanced technology, and developed into product diversification direction to avoid the monopsony

Copyrights:

FAKTOR-FAKTOR PENTING DALAM PERTIMBANGAN PEMBERIAN KREDIT BANK BAGI PERUSAHAAN KONTRAKTOR

IMPORTANT FACTORS CONSIDEREDED BY BANKS IN PROVIDING LOANS TO CONTRACTORS

Created by DEWI, A.A. DIAH PARAMI

Subject: Kredit
Keyword: kredit bank
faktor pertimbangan kredit
perusahaan kontraktor
bank loan
factors consideration
contractor


[ Description ]

Usaha konstruksi memerlukan sumber daya baik berupa sumber daya manusia, peralatan, teknologi serta permodalan atau sumber daya keuangan. Sumber daya keuangan merupakan salah satu sumber daya yang penting sebagai modal kerja yang akan digunakan untuk mendanai proyek. Dalam Undang-undang No. 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi disebutkan mengenai pentingnya aspek pendanaan bagi dunia konstruksiseperti yang ditegaskan dalam Pasal 13 bahwa untuk mengembangkan usaha jasa konstruksi diperlukan dukungan dari mitra usaha melalui perluasan dan peningkatan akses terhadap sumber pendanaan, serta kemudahan persyaratan dalam pendanaan. Di Kota Denpasar Propinsi Bali banyak terdapat kontraktor yang modalnya terbatas sehingga berdampak buruk pada kinerja proyek yang akan dikerjakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penting dalam pertimbangan pemberian kredit bank bagi perusahaan kontraktor, dengan melakukan studi literature, wawancara dengan pihak bank dan dilanjutkan dengan survey kuisioner. Kuisioner diberikan kepada bank pemerintah maupun bank swata di Kota Denpasar. Analisa data dilakukan dengan analisa faktor menggunakan aplikasi program SPSS. Dari penelitian ini diketahui faktor-faktor penting yang dipertimbangkan oleh pihak bank dalam pemberian kredit bank bagi perusahaan kontraktor. Faktor-faktor tersebut adalah Faktor 1 cash flow perusahaan yang terdiri dari perbandingan pendapatan dan pengeluaran bulanan, likuiditas perusahaan, laporan keuangan, pendapatan perusahaan, sumber pembayaran, profit margin, hasil yang diperoleh dan kemampuan membayar; Faktor 2 stabilitas ekonomi nasional yang terdiri dari stabilitas dari sumber pendapatan, perkembangan perusahaan, kondisi ekonomi, peraturan pemerintah, tujuan kredit, jumlah proyek, keuntungan yang diperoleh bank; Faktor 3 track record peminjam yang terdiri dari catatan kredit masa lalu, latar belakang peminjam, ketepatan aplikasi, kerjasama dokumentasi, reputasi peminjam; Faktor 4 jaminan yang terdiri dari prospek barang jaminan, syarat yuridis jaminan, nilai jual jaminan, jenis jaminan; Faktor 5 kondisi modal peminjam yang terdiri dari ketersediaan modal, perimbangan hutang dan modal, jumlah modal; Faktor 6 manajemen yang terdiri dari struktur organisasi peminjam dan Faktor 7 risiko.

Kewirausahaan
Written by Administrator
Monday, 27 December 2004
Analisis Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan Di Bidang Pehotelan (Studi Kasus Hotel Sonno Bintan Permai) (1998)
Pengaruh Kualitas Pelayanan Dalam Pengembangan Usaha Sanggar Senam Di Jakarta Utara (1998)
Evaluasi Sumber-Sumber Permodalan Pada Wirausaha Kopi Di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan (1998)
Faktor-Faktor Yang Melatarbelakangi Wirausaha Suku Minang Dalam Kewirausahaan Pada Usaha Dagang Di Daerah Kebayoran Baru Jakarta Selatan (1999)
Evaluasi Latar Belakang Pribadi Wirausaha Suku Bangsa Madura Dengan Pilihan Usaha Bisnis Besi Tua Dan Kayu Bekas Di Daerah Cakung Jakarta Timur (1998)
Analisis Sepuluh Prinsip-Prinsip Etika Terhadap Wirausaha Rumah Makan Minang Di Wilayah Kelurahan Pondok Cina Depok Jawa Barat (1999)
Analisis Faktor-Faktor Yang Mengembangkan Kreatifitas PT. Sanggar Mustika Padma Food Court (1999)
Keuntungan Dan Kerugian Bagi Pengusaha Waralaba Lokal Indonesia Dalam Mengembangkan Usahanya Melalui Waralaba Pada Usaha Restoran Di Jakarta (1999)
Faktor-Faktor Pemicu Untuk Berwirausaha ( Studi Kasus Pada Lapak Besi Tua Suku Madura Di Tanggerang) (1999)
Faktor-Faktor Motivasi Wirausaha Di Bidang Agen Koran Di Wilayah Harmoni Jakarta Dalam Rangka Melepaskan Diri Dari Lingkungan Yang Tidak Sesuai (1999)
Analisa Ketetapan Pemilihan Lokasi Usaha Rumah Makan Padang Sabang Jaya (2000)
Hubungan Karakteristik Dan Kewirausahaan Dengan Keberhasilan Bertahan (Studi Kasus Industri Konveksi Jakarta Barat) (2000)
Pengaruh Karakteristik Kepemimpinan Infrastruktur Dan Keberhasilan Usaha Jasa Sewa Mobil (Studi Kasus Pemilik PT. Aini Transindo Jakarta) (2000)
Langkah-Langkah Metode On The Job Training Yang Ditetapkan Perusahaan Dan Hubungannya Dengan Peningkatan Kinerja Karyawan (Studi Kasus Pada PT. Alpindo Mitra Baja) (2000)
Analisis Keterampilan Wirausaha Dalam Membangun Budaya Kewirausahaan (Studi Kasus Pada PT. Putra Utama Prima Mandiri) (2000)
Identifikasi Faktor-Faktor Yang Dapat Meningkatkan Loyalitas Pelanggan Pada Perusahaan Eco-Business (Studi Kasus Pada PT. Body Shop) (2000)
Analisis Perilaku Kepemimpinan Yang Efektif Dalam Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Perusahaan Perorangan Prima Indah Di Harmoni Jakarta Pusat) (2000)
Analisa Pengakuan Pendapatan Dan Beban Pada Perusahaan Asuransi Kerugian Pada PT. X (2000)
Analisa Karakteristik Nama Merek Yang Baik Pada Wirausaha Toko Kue Dan Roti Widya Cafe (2000)
Analisa Ketetapan Pemilihan Lokasi Usaha Rumah Makan Padang Sabang Jaya (2000)
Langkah-Langkah Yang Diperlukan Usaha Kecil Dalam Memasuki Pasar Global (2000)
Tahapan Proses Kreatifitas Seni Kerajinan Tangan Terpadu PT. Prasidha Adhi Karya Bandung Jawa Barat (2000)
Pelaksanaan Fungsi-Fungsi Manajemen Pada Usaha Kecil Yang Sedang Tumbuh (Studi Kasus Pada Salon Talents) (2000)
Praktek Penerapan Manajemen Sumber Daya Manusia Oleh Wirausaha Salon Kecantikan Di Jakarta (2000)
Hubungan Karakteristik Dan Kewirausahaan Dengan Keberhasilan Bertahan (Studi Kasus Industri Konveksi Jakarta Barat) (2000)
Pelaksanaan Pencegahan Pencurian Yang Dilakukan Oleh Karyawan Dalam Usaha Kecil (Studi Kasus Koperasi Serba Usaha Sejati Mulia Di Jakarta Selatan) (2000)
Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Wirausaha) Dalam Menjalankan Usahanya (Studi Kasus Pada PT. Coca Cola Amatil Indonesia) (2000)
Analisa Bentuk Inovasi Produk Yang Diterapkan Oleh Wirausaha Dalam Kegiatan Usaha (Studi Kasus Pada Perusahaan Garmen Tri K Di Tanggerang) (2000)
Analisa Pendekatan-Pendekatan Manajemen Pada Usaha Dalam Pertumbuhan (Studi Kasus CV. Delapan Bintang Sejahtera) (2000)
Analisa Kunci Sukses Strategi Pengembangan Jamgka Panjang Pada Usaha Konfeksi Di Daerah Pademangan Jakarta Utara (2000)
Proses Manajemen Strategi Yang Vital Bagi Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Perusahaan Agrobisnis PT. Tunas Utama Sari Perkasa (2000)
Analisis Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Stress Down Dalam Kewirausahaan (Studi Kasus Pada Usaha Penjahitan Pakaian Seragam Kantor Di Pasar Tanah Abang Jakarta Pusat) (2000)
Meningkatkan Kreatifitas Pada Karyawan (Studi Kasus Pada PT. Lentera Cipta Nusa) (2000)
Pelaksanaan Pemeliharaan Standar Etika (Studi Kasus Perusahaan Roti Dan Kue Lauw) (2000)
Analisa Keputusan-Keputusan Promosi Penjual Pada Lokananta Warung Dan Gallery (2000)
Meningkatkan Kreatifitas Pada Karyawan (Studi Kasus Pada PT. Lentera Cipta Nusa) (2000)
Analisis Gaya Kepemimpinan Wirausaha Wanita (Studi Kasus Pada Toserba X Di Bekasi) (2000)
Budaya Bisnis Keluarga Pada Usaha Rumah Makan (Analisis Komparatif Antara Budaya Bisnis Keluarga Etnis Cina Dan Etnis Jawa) Di Kawasan Kebayoran Baru (2000)
Analisa Peran Dan Hubungan Keluarga Bagi Anggota Keluarga Dalam Bisnis Keluarga (Studi kasus Pada Bisnis Keluarga Etnis Cina Di Toko Mas Ria Gembira) (2000)
Pelaksanaan Fungsi-Fungsi Manajemen Pada Usaha Kecil Yang Sedang Tumbuh (Studi Kasus Pada Salon Talents) (2000)
Faktor-Faktor Sukses Usaha Baru (Studi Kasus Pada CV. Kebayoran Motor) (2000)
Perbedaan Karakteristik Wirausaha Etnis Cina Dengan Wirausaha Pribumi Pada Toko Suku Cadang Mobil Di Pasar Cipete Jakarta Selatan (2000)
Analisa Masalah-Masalah Yang Harus Dipecahkan Dalam Rencana Sukses (Studi Kasus Pada PT. Surya Mahkota Timber Industry) (2000)
Penerapan Langkah-Langkah Rencana Sukses Manajemen Bisnis Keluarga (Studi Kasus Pada CV. Logam Mustika Jakarta) (2000)
Analisa Peran Dan Hubungan Keluarga Bagi Anggota Keluarga Dalam Bisnis Keluarga (Studi Kasus Pada Bisnis Keluarga Etnis Cina Di Toko Mas Ria Gembira) (2000)
Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Wirausaha) Dalam Menjalankan Usahanya (2000)
Analisis Penerapan Nilai Dan Konsep Total Quality Management Pada Wirausaha (2000)
Pengembangan Strategi Pemasaran Bagi Wirausaha (Studi kasus Pada Usaha Balon Rakit Milik Bapak Sukandi) (2000)
Evaluasi Perencanaan Bisnis Pada Warung Telekomunikasi PT. Harapan Induk Jaya (2000)
Evaluasi Keuntungan Keuntungan Waralaba Bagi Terwaralaba Sebagai Pendorong Dalam Memilih Usaha Waralaba Di Jakarta (2000)
Analisis Faktor-Faktor Yang Memotivasi Wanita Memilih Untuk berwirausaha (Studi Kasus Pada Salon Kecantikan Di Daerah Jati Bening) (2001)
Tahap-tahap Dalam Menentukan Strategi Perusahaan (Studi Kasus Perusahaan Percetakan CV Indo Medika Jakarta) (2001)
Analisis Tanda-Tanda Kepailitan Pada CV. X Di Kebon Jeruk Jakarta Barat (2001)
Pengaruh Ciri-Ciri Inovasi Terhadap Kinerja Inovasi (Studi Kasus Wirausaha Dekorasi Dan Pengatur Acara Perkawinan Adat Minang) (2001)
Analisa Masalah-Masalah Yang Harus Di Pecahkan Dalam Rencana Sukses (Studi Kasus Pada PT. Surya Mahkota Industry (2001)
Proses Sukses Bisnis Keluarga Pada Pabrik Kecap Cap Kunci Di Karawang Jabar (2001)
Pengaruh Karakteristik Inovasi Terhadap Inovasi Kerja (Studi Kasus Pada Restoran Gondola) (2001)
Pelaksanaan Faktor-Faktor Sukses Usaha Baru Pada Harry S. Custom Craft Di Kawasan BSD (2001)
Analisis Faktor-Faktor Strategi Pendorong Pasar Yang Harus Di Perhatikan Oleh Usaha Baru Untuk mencapai Keberhasilan Usaha (2001)
Keterampilan-Keterampilan Pribadi Wirausaha (Studi Kasus Pada Usaha Pakaian Jadi Anggraini Di Rawamangun Jakarta Timur (2001)
Proses Manajemen Strategi Pada Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Perusahaan Catering PT. Bale Rasa Nusantara) (2001)
Rekrutmen Dan Mempertahankan Karyawan Di restoran Nana BanTei (2001)
Faktor-Faktor Yang meningkatkan Kreatifitas Karyawan Pada PT. Xyber Center Internet (2001)
Analisa Model Peran Dan Sistem Pendukung Pada Pedagang kaki Lima Perumahan Emas (2001)
Analisa Karakteristik Pribadi Wirausaha Industri Rumah Tangga Tas Wanita Di Jak Ut (2001)
Evaluasi Faktor-Faktor Penentu Kepuasan Awal Anggota Keluarga Dengan Proses Suksesi (Studi Kasus Pada Restoran Sari Indah Di Jak Sel) (2002)
Analisis Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen Usaha Kecil Pada Masa Pertumbuhan (Studi Kasus Pada CV. Infomedika) (2002)
Analisa Pengawasan Pemasaran Dan Penjualan Dalam meningkatkan Pendapatan Di Perusahaan Angkutan CPO Anggrek Cempaka Jakarta (2002)
Analisa Deskriptif Latar Belakang Pria Dan Wanita Dalam Berwirausaha (Studi Kasus Pada Salon Kecantikan Di Kelurahan Grogol Dan Tanjung Duren) (2002)
Ciri-Ciri Pribadi Wirausaha Wanita Yang Sukses (Studi Kasus Pada 12 Salon Kecantikan Di Kelurahan Grogol Dan Tanjung Duren) (2002)
Penerapan Strategi Untuk Membangun Keunggulan Daya Saing (Studi Kasus Pada PT. H. Jin Sun Garment) (2002)
Analisis Alasan-Alasan Yang Mendorong Wirausaha Memulai Usaha Kecil (Studi Kasus: Rhabilas Prima Laundry And Dry Cleaning Service Jakarta Timur) (2002)
Tahap-Tahap Proses Sukses Dalam Bisnis Keluarga (Studi Kasus Pada PT. Agung Asli) (2001)
Analisa Faktor-Faktor Keunggulan Kompetitif Pada Restoran 99 Di Biak Irian Jaya (2001)
Evaluasi Perencanaan Bisnis Pada Warung Telekomunikasi PT. Pra Sarana Putra Indonesia Di Jakarta (2002)
Pengaruh Orientasi Strategi Perusahaan Terhadap Ciri-Ciri Inovasi (Studi Kasus Citilink Garuda Indonesia) (2002)
Tahap-Tahap Daur Hidup Yang Dilalui Oleh Perusahaan Keluarga Pada PT. Putra Perkasa Cahaya (2002)
Tinjauan-Tinjauan Wirausaha Dalam Kewirausahaan Yang Berkesinambungan Di Pasar Mulya Jaya Kreo Ciledug Tanggerang (2002)
Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen Pada Usaha Dalam Tahap Pertumbuhan (Studi Kasus Pada PT. Mahkota Muda Trimitra) (2002)
Faktor-Faktor Yang Harus Diperhatikan Untuk Tetap Sukses Dalam Menjalankan Usaha (Studi Kasus Pada PT. Wahana Prima Putra Mandiri) (2002)
Strategi Bersaing Generik Untuk Memperkuat Posisi Pasar Pada HAS Car Salon Di Jakarta (2002)
Tujuan-Tujuan Wirausaha Dalam Kewirausahaan Yang Berkesinambungan Di Pasar Mulya Jaya Kreo Cileduk Tanggerang (2002)
Langkah-Langkah Menuju Keberhasilan Ekspor (Studi Kasus Pada PT. Young Son Bros Mahkota Mulia) (2002)
Praktek Manajemen Strategi Pada Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Perusahaan Furniture PT. Dwipapuri Asri Di Surabaya) (2003)
Faktor-Faktor Pengadopsi Tekhnologi Baru Dalam Sektor Ritel Pada PT. Alpha Retailindo Tbk. Di jakarta (2002)
Faktor-Faktor Yang Membuat Usaha Baru tetap Bertahan Pada Toko Kue Dan Roti Rosa (2002)
Faktor-Faktor Keberhasilan Sukses Dalam Bisnis Keluarga (Studi Kasus Bengkel Vespa Yanto Motor) (2002)
Analisis Penerapan Dimensi Kewirausahaan Dalam Upaya Peningkatan Kinerja Perusahaan Pada PT. X (2003)
Kekuatan-Kekuatan Yang Mempengaruhi Persaingan Industri Pada Retail Handphone Agung Selular (2003)
Proses Perencanaan Strategi Bagi Wirausaha Pada Jhonny Danuarta salon (2003)
Analisa Peran Dan Hubungan Keluarga Dalam Bisnis Keluarga (Studi Kasus Pada Toko Bohemia Kristal Dan Varetta Konveksi) (2003)
Faktor-Faktor Usaha Baru (Studi Kasus Pada CV. Kebayoran Motor) (
Daftar skripsi Kewirausahaan Analisis Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan Di Bidang Pehotelan (Studi Kasus Hotel Sonno Bintan Permai) (1998)
Pengaruh Kualitas Pelayanan Dalam Pengembangan Usaha Sanggar Senam Di Jakarta Utara (1998)
Evaluasi Sumber-Sumber Permodalan Pada Wirausaha Kopi Di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan (1998)
Faktor-Faktor Yang Melatarbelakangi Wirausaha Suku Minang Dalam Kewirausahaan Pada Usaha Dagang Di Daerah Kebayoran Baru Jakarta Selatan (1999)
Evaluasi Latar Belakang Pribadi Wirausaha Suku Bangsa Madura Dengan Pilihan Usaha Bisnis Besi Tua Dan Kayu Bekas Di Daerah Cakung Jakarta Timur (1998)
Analisis Sepuluh Prinsip-Prinsip Etika Terhadap Wirausaha Rumah Makan Minang Di Wilayah Kelurahan Pondok Cina Depok Jawa Barat (1999)
Analisis Faktor-Faktor Yang Mengembangkan Kreatifitas PT. Sanggar Mustika Padma Food Court (1999)
Keuntungan Dan Kerugian Bagi Pengusaha Waralaba Lokal Indonesia Dalam Mengembangkan Usahanya Melalui Waralaba Pada Usaha Restoran Di Jakarta (1999)
Faktor-Faktor Pemicu Untuk Berwirausaha ( Studi Kasus Pada Lapak Besi Tua Suku Madura Di Tanggerang) (1999)
Faktor-Faktor Motivasi Wirausaha Di Bidang Agen Koran Di Wilayah Harmoni Jakarta Dalam Rangka Melepaskan Diri Dari Lingkungan Yang Tidak Sesuai (1999)
Analisa Ketetapan Pemilihan Lokasi Usaha Rumah Makan Padang Sabang Jaya (2000)
Hubungan Karakteristik Dan Kewirausahaan Dengan Keberhasilan Bertahan (2000)
Pengaruh Karakteristik Kepemimpinan Infrastruktur Dan Keberhasilan Usaha Jasa Sewa Mobil (2000)
Langkah-Langkah Metode On The Job Training Yang Ditetapkan Perusahaan Dan Hubungannya Dengan Peningkatan Kinerja Karyawan (Studi Kasus Pada PT. Alpindo Mitra Baja) (2000)
Analisis Keterampilan Wirausaha Dalam Membangun Budaya Kewirausahaan (Studi Kasus Pada PT. Putra Utama Prima Mandiri) (2000)
Identifikasi Faktor-Faktor Yang Dapat Meningkatkan Loyalitas Pelanggan Pada Perusahaan Eco-Business (2000)
Analisis Perilaku Kepemimpinan Yang Efektif Dalam Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Perusahaan Perorangan Prima Indah Di Harmoni Jakarta Pusat) (2000)
Analisa Pengakuan Pendapatan Dan Beban Pada Perusahaan Asuransi Kerugian Pada PT. X (2000)
Analisa Karakteristik Nama Merek Yang Baik Pada Wirausaha Toko Kue Dan Roti Widya Cafe (2000)
Analisa Ketetapan Pemilihan Lokasi Usaha Rumah Makan Padang Sabang Jaya (2000)
Langkah-Langkah Yang Diperlukan Usaha Kecil Dalam Memasuki Pasar Global (2000)
Tahapan Proses Kreatifitas Seni Kerajinan Tangan Terpadu PT. Prasidha Adhi Karya Bandung Jawa Barat (2000)
Pelaksanaan Fungsi-Fungsi Manajemen Pada Usaha Kecil Yang Sedang Tumbuh (Studi Kasus Pada Salon Talents) (2000)
Praktek Penerapan Manajemen Sumber Daya Manusia Oleh Wirausaha Salon Kecantikan Di Jakarta (2000)
Hubungan Karakteristik Dan Kewirausahaan Dengan Keberhasilan Bertahan (Studi Kasus Industri Konveksi Jakarta Barat) (2000)
Pelaksanaan Pencegahan Pencurian Yang Dilakukan Oleh Karyawan Dalam Usaha Kecil (Studi Kasus Koperasi Serba Usaha Sejati Mulia Di Jakarta Selatan) (2000)
Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Wirausaha) Dalam Menjalankan Usahanya (Studi Kasus Pada PT. Coca Cola Amatil Indonesia) (2000)
Analisa Bentuk Inovasi Produk Yang Diterapkan Oleh Wirausaha Dalam Kegiatan Usaha (Studi Kasus Pada Perusahaan Garmen Tri K Di Tanggerang) (2000)
Analisa Pendekatan-Pendekatan Manajemen Pada Usaha Dalam Pertumbuhan (Studi Kasus CV. Delapan Bintang Sejahtera) (2000)
Analisa Kunci Sukses Strategi Pengembangan Jamgka Panjang Pada Usaha Konfeksi Di Daerah Pademangan Jakarta Utara (2000)
Proses Manajemen Strategi Yang Vital Bagi Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Perusahaan Agrobisnis PT. Tunas Utama Sari Perkasa (2000)
Analisis Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Stress Down Dalam Kewirausahaan (Studi Kasus Pada Usaha Penjahitan Pakaian Seragam Kantor Di Pasar Tanah Abang Jakarta Pusat) (2000)
Meningkatkan Kreatifitas Pada Karyawan (Studi Kasus Pada PT. Lentera Cipta Nusa) (2000)
Pelaksanaan Pemeliharaan Standar Etika (Studi Kasus Perusahaan Roti Dan Kue Lauw) (2000)
Analisa Keputusan-Keputusan Promosi Penjual Pada Lokananta Warung Dan Gallery (2000)
Meningkatkan Kreatifitas Pada Karyawan (Studi Kasus Pada PT. Lentera Cipta Nusa) (2000)
Analisis Gaya Kepemimpinan Wirausaha Wanita (Studi Kasus Pada Toserba X Di Bekasi) (2000)
Budaya Bisnis Keluarga Pada Usaha Rumah Makan (Analisis Komparatif Antara Budaya Bisnis Keluarga Etnis Cina Dan Etnis Jawa) Di Kawasan Kebayoran Baru (2000)
Analisa Peran Dan Hubungan Keluarga Bagi Anggota Keluarga Dalam Bisnis Keluarga (Studi kasus Pada Bisnis Keluarga Etnis Cina Di Toko Mas Ria Gembira) (2000)
Pelaksanaan Fungsi-Fungsi Manajemen Pada Usaha Kecil Yang Sedang Tumbuh (Studi Kasus Pada Salon Talents) (2000)
Faktor-Faktor Sukses Usaha Baru (Studi Kasus Pada CV. Kebayoran Motor) (2000)
Perbedaan Karakteristik Wirausaha Etnis Cina Dengan Wirausaha Pribumi Pada Toko Suku Cadang Mobil Di Pasar Cipete Jakarta Selatan (2000)
Analisa Masalah-Masalah Yang Harus Dipecahkan Dalam Rencana Sukses (Studi Kasus Pada PT. Surya Mahkota Timber Industry) (2000)
Penerapan Langkah-Langkah Rencana Sukses Manajemen Bisnis Keluarga (Studi Kasus Pada CV. Logam Mustika Jakarta) (2000)
Analisa Peran Dan Hubungan Keluarga Bagi Anggota Keluarga Dalam Bisnis Keluarga (Studi Kasus Pada Bisnis Keluarga Etnis Cina Di Toko Mas Ria Gembira) (2000)
Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Wirausaha) Dalam Menjalankan Usahanya (2000)
Analisis Penerapan Nilai Dan Konsep Total Quality Management Pada Wirausaha (2000)
Pengembangan Strategi Pemasaran Bagi Wirausaha (Studi kasus Pada Usaha Balon Rakit Milik Bapak Sukandi) (2000)
Evaluasi Perencanaan Bisnis Pada Warung Telekomunikasi PT. Harapan Induk Jaya (2000)
Evaluasi Keuntungan Keuntungan Waralaba Bagi Terwaralaba Sebagai Pendorong Dalam Memilih Usaha Waralaba Di Jakarta (2000)
Analisis Faktor-Faktor Yang Memotivasi Wanita Memilih Untuk berwirausaha (Studi Kasus Pada Salon Kecantikan Di Daerah Jati Bening) (2001)
Tahap-tahap Dalam Menentukan Strategi Perusahaan (Studi Kasus Perusahaan Percetakan CV Indo Medika Jakarta) (2001)
Analisis Tanda-Tanda Kepailitan Pada CV. X Di Kebon Jeruk Jakarta Barat (2001)
Pengaruh Ciri-Ciri Inovasi Terhadap Kinerja Inovasi (Studi Kasus Wirausaha Dekorasi Dan Pengatur Acara Perkawinan Adat Minang) (2001)
Analisa Masalah-Masalah Yang Harus Di Pecahkan Dalam Rencana Sukses (Studi Kasus Pada PT. Surya Mahkota Industry (2001)
Proses Sukses Bisnis Keluarga Pada Pabrik Kecap Cap Kunci Di Karawang Jabar (2001)
Pengaruh Karakteristik Inovasi Terhadap Inovasi Kerja (Studi Kasus Pada Restoran Gondola) (2001)
Pelaksanaan Faktor-Faktor Sukses Usaha Baru Pada Harry S. Custom Craft Di Kawasan BSD (2001)
Analisis Faktor-Faktor Strategi Pendorong Pasar Yang Harus Di Perhatikan Oleh Usaha Baru Untuk mencapai Keberhasilan Usaha (2001)
Keterampilan-Keterampilan Pribadi Wirausaha (Studi Kasus Pada Usaha Pakaian Jadi Anggraini Di Rawamangun Jakarta Timur (2001)
Proses Manajemen Strategi Pada Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Perusahaan Catering PT. Bale Rasa Nusantara) (2001)
Rekrutmen Dan Mempertahankan Karyawan Di restoran Nana BanTei (2001)
Faktor-Faktor Yang meningkatkan Kreatifitas Karyawan Pada PT. Xyber Center Internet (2001)
Analisa Model Peran Dan Sistem Pendukung Pada Pedagang kaki Lima Perumahan Emas (2001)
Analisa Karakteristik Pribadi Wirausaha Industri Rumah Tangga Tas Wanita Di Jak Ut (2001)
Evaluasi Faktor-Faktor Penentu Kepuasan Awal Anggota Keluarga Dengan Proses Suksesi (Studi Kasus Pada Restoran Sari Indah Di Jak Sel) (2002)
Analisis Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen Usaha Kecil Pada Masa Pertumbuhan (Studi Kasus Pada CV. Infomedika) (2002)
Analisa Pengawasan Pemasaran Dan Penjualan Dalam meningkatkan Pendapatan Di Perusahaan Angkutan CPO Anggrek Cempaka Jakarta (2002)
Analisa Deskriptif Latar Belakang Pria Dan Wanita Dalam Berwirausaha (Studi Kasus Pada Salon Kecantikan Di Kelurahan Grogol Dan Tanjung Duren) (2002)
Ciri-Ciri Pribadi Wirausaha Wanita Yang Sukses (Studi Kasus Pada 12 Salon Kecantikan Di Kelurahan Grogol Dan Tanjung Duren) (2002)
Penerapan Strategi Untuk Membangun Keunggulan Daya Saing (Studi Kasus Pada PT. H. Jin Sun Garment) (2002)
Analisis Alasan-Alasan Yang Mendorong Wirausaha Memulai Usaha Kecil (Studi Kasus: Rhabilas Prima Laundry And Dry Cleaning Service Jakarta Timur) (2002)
Tahap-Tahap Proses Sukses Dalam Bisnis Keluarga (Studi Kasus Pada PT. Agung Asli) (2001)
Analisa Faktor-Faktor Keunggulan Kompetitif Pada Restoran 99 Di Biak Irian Jaya (2001)
Evaluasi Perencanaan Bisnis Pada Warung Telekomunikasi PT. Pra Sarana Putra Indonesia Di Jakarta (2002)
Pengaruh Orientasi Strategi Perusahaan Terhadap Ciri-Ciri Inovasi (Studi Kasus Citilink Garuda Indonesia) (2002)
Tahap-Tahap Daur Hidup Yang Dilalui Oleh Perusahaan Keluarga Pada PT. Putra Perkasa Cahaya (2002)
Tinjauan-Tinjauan Wirausaha Dalam Kewirausahaan Yang Berkesinambungan Di Pasar Mulya Jaya Kreo Ciledug Tanggerang (2002)
Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen Pada Usaha Dalam Tahap Pertumbuhan (Studi Kasus Pada PT. Mahkota Muda Trimitra) (2002)
Faktor-Faktor Yang Harus Diperhatikan Untuk Tetap Sukses Dalam Menjalankan Usaha (Studi Kasus Pada PT. Wahana Prima Putra Mandiri) (2002)
Strategi Bersaing Generik Untuk Memperkuat Posisi Pasar Pada HAS Car Salon Di Jakarta (2002)
Tujuan-Tujuan Wirausaha Dalam Kewirausahaan Yang Berkesinambungan Di Pasar Mulya Jaya Kreo Cileduk Tanggerang (2002)
Langkah-Langkah Menuju Keberhasilan Ekspor (Studi Kasus Pada PT. Young Son Bros Mahkota Mulia) (2002)
Praktek Manajemen Strategi Pada Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Perusahaan Furniture PT. Dwipapuri Asri Di Surabaya) (2003)
Faktor-Faktor Pengadopsi Tekhnologi Baru Dalam Sektor Ritel Pada PT. Alpha Retailindo Tbk. Di jakarta (2002)
Faktor-Faktor Yang Membuat Usaha Baru tetap Bertahan Pada Toko Kue Dan Roti Rosa (2002)
Faktor-Faktor Keberhasilan Sukses Dalam Bisnis Keluarga (Studi Kasus Bengkel Vespa Yanto Motor) (2002)
Analisis Penerapan Dimensi Kewirausahaan Dalam Upaya Peningkatan Kinerja Perusahaan Pada PT. X (2003)
Kekuatan-Kekuatan Yang Mempengaruhi Persaingan Industri Pada Retail Handphone Agung Selular (2003)
Proses Perencanaan Strategi Bagi Wirausaha Pada Jhonny Danuarta salon (2003)
Analisa Peran Dan Hubungan Keluarga Dalam Bisnis Keluarga (Studi Kasus Pada Toko Bohemia Kristal Dan Varetta Konveksi) (2003)
Faktor-Faktor Usaha Baru (Studi Kasus Pada CV. Kebayoran Motor) (2003)
Analisis Penerapan Dimensi Kewirausahaan Dalam Upaya Peningkatan Kinerja Perusahaan Pada PT. X (2005)

Kewirausahaan dari Perspektif Ekonomi: Peluang Usaha

Juli 24, 2008 in Wacana


Titik fokus pertama dalam kegiatan berwirausaha adalah apakah seseorang melihat
peluang usaha di sekitarnya. Sedangkan peluang usaha itu sendiri dapat di pandang dari beberapa teori dan fakta. Pertama dari teori Schumpeter (1934) bahwa informasi baru merupakan suatu yang
penting dalam menjelaskan eksistensi peluang usaha. Perubahan teknologi, tekanan
politik, faktor-faktor lingkungan makro dan kecenderungan sosial dalam menciptakan
informasi baru yang dapat digunakan pengusaha untuk mendapatkan dan
mengkombinasikan kembali sumber daya dalam bentuk yang lebih bernilai.berikutnya dari Kizner (1973) mempunyai sebuah perspektif pemikiran bahwa peluang kewiarusahaan hanya membutuhkan
cara baru untuk membuat inovasi berdasarkan informasi yang telah tersedia yaitu belief
mengenai cara menggunakan sumber daya yang seefisien mungkin.dari kedua pendapat ini didapat perbedaan bahwa Kiznerian lebih mengutamakan
peluang dari sesuatu yang telah mapan (cateris paribus). Informasi yang diperlukan
bukan informasi yang bersifat radikal sehingga inovasi yang muncul biasa terjadi.
Sangat berlainan dengan Schumpeterian, peluang terjadi dalam situasi
ketidakseimbangan. Dalam situasi ini, informasi yang didapatkan banyak dan sering kali
bersifat radikal. Sifat radikal ini menyebabkan inovasi jarang terjadi karena situasi yang
radikal juga jarang terjadi. kalau dengan tabel dapat lebih jelas :

Schumpeterian Kiznerian

Disequilibrating Equilibrating
Requires new information Does not requires new information
Very innovative Less innovative
Rare Common
Involves creation Limited to discovery

Dari fakta yang kita lihat peluang usaha bersumber dari beberapa faktor seperti

Perubahan teknologi dimana memungkinkan untuk mengalokasikan sumber daya dengan cara yang berbeda dan lebih potensial dalam kewirausahaan (Casson, 1995). Faksimili, surat, e-mail, internet, dan telepon merupakan alat yang produktif untuk mengirim informasi
sehingga memungkinkan orang membuat
kombinasi sumber daya baru yang disebabkan perubahan teknologi.
Blau ( 1978 ) meneliti wirausahawan mandiri di AS selama dua dekade dan
menemukan bahwa perubahan teknologi meningkatkan jumlah wirausahawan mandiri.
Demikian juga dengan hasil penelitian Shane (1996) memperlihatkan bahwa jumlah
organisasi dari tahun ke 1899 sampai dengan 1988 meningkat seiring dengan
meningkatnya perubahan teknologi.

fakta berikutnya adalah Perubahan politik dan kebijakan dimana dapat menjadi sumber peluang
kewirausahaan karena perubahan tersebut memungkinkan rekombinasi sumber daya
agar lebih produktif.
contoh kejadian empiris mendukung argumen bahwa perubahan politik adalah
peluang usaha seperti ; Delacoxroix dan Carool (1993) yang meneliti Koran Argentina dari tahun 1800
- 1900 dan Koran Irlandia 1800 – 1925 yang menemukan bahwa ada hubungan positif
antara perubahan politis dengan meningkatnya pertumbuhan perusahaan baru. Bahkan

perang pun dapat menjadi peluang usaha dengan menyediakan peralatan perang.Kebijakan juga dapat menumbuhkan minat berwirausaha. Regulasi ini penting
karena menyangkut legalitas sebuah perusahaan. Studi yang dilakukan oleh Kelly &
Amburgey (1991) menemukan bahwa pertumbuhan airline di Amerika
meningkat setelah adanya paket deregulasi airline.

fakta berikutnya ; Struktur demografi , hal ini sangat mempengaruhi pola usaha. Kita ambil sebuah fakta yaitu Bali.
Bali selain dikenal sebagai kota turis dan budaya, juga dikenal sebagai daerah
tujuan dimana negosiasi bisnis serta juga dikenal sebagai kota peselancar dimana para peselancar tertuju kesana.Hal ini membawa dampak bagi jenis usaha resto dan sewa menyewa serta pariwisatayang dikembangkan di kota Bali.

fakta berikutnya adalah Institusi pendidikan yang merupakan sumber peluang usaha karena sebagai pusat
penelitian,dimana hasil penelitian tersebut dapat menjadi dasar peluang usaha. Zucker dkk
( 1998 ) meneliti tentang berdirinya perusahaan bioteknologi. Mereka menemukan bahwa
jumlah ilmuwan dan universitas ternama dalam suatu daerah tersebut meningkatkan
stok dan peningkatan jumlah perusahaan bioteknologi. Universitas bergengsi
menghasilkan hak paten yang lebih banyak.

Bagaimana di Indonesia ???

dari perspektif saya bahwa indonesia masih harus banyak menyadarkan masyarakatnya terhadap arti dari peluang usaha.beberapa kota - kota di Indonesia dapat diatakan telah sesuai dengan teori peluang usaha serta fakta - fakta yang telah dipaparkan, tetapijumlahnya masih sangat sedikit dibandingkan dengan potensi indonesia saat ini.

lainnya dari saya yaitu fakta pendidikan yang sangat minimdisebagian besar kota -kota di indonesia….dari fakta yang dipaparkan ternyata pendidikan juga memberikan sumbanganan besar terhadap munculnya peluang usaha.

fakta lainnya masyarakat indonesia masih terfokus dengan apa yang dikatakan pegawai ataupun anekdot bahwa sekolah tinggi merupakan untuk mencapai pekerjaan yang baik.padahal secara rasional dapat dikatakan apabila angkatan kerja sudah lebih banyak dari jumlah total pegawai/ pekerja yang ada pada usaha - usaha yang sudah ada maka kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan sangat kecil.

ini terbukti di indonesia dengan adanya upah minimum yang masih dikatakan kecil atau dibawah standard,seseorang akan rela bekerja dengan upah 500 ribu rupiah untuk melanjutkan kelangsungan hidupnya, bahkan terkadang anaknya yang belum mencapai usia angkatan kerja juga berpartisipasi dalam mencapai pemenuhan kebutuhan untuk melanjutkan hidup.dan tetap saja pengangguran menjadi masalah yang serius yang dihadapi oleh pemerintah.

solusi dari masalah itu hanya dapat diselesaikan oleh pemerintah dengan mengadakan program “penggugahan hati masyarakat ” serta “diklat ” terhadap peluang usaha dan cara menjalankannya,selain itu bimbingan dan bantuan modal juga harus diiringi.serta pemerintah bekerja sama dengan perguruan tinggi yang ada untuk menyukseskan program tersebut.

solusi yang lebih ekstrim adalah dengan memusatkan konsentrasi pemasukan negara yaitu dari ukmkm yang sudah terbukti sangat tahan banting dengan kondisi eonomi yang ekstrim,dengan memberikan kemudahan dan jaringan kerjasama yang dimana pemerintah yang menjadi katalisatornya.

dari pemaparan saya dapat ditarik sebuah kesimpulan yaitu bahwa peluang usaha dapat timbul seperti jamur apabila pemerintah lebih berperan aktif dalam membangun kesadaran masyarakat terhadap kewirausahaan sehingga penelitian yang sudah dilakukan terhadap peluang usaha dapat menjadi input yang berarti bagi pemerintah, serta pemerintah harus melibatkan PTN sebagai salah satu katalisator dalam membangun kesadaran masyarakat dengan membuat program program yang ditujukan terhadap PTN untuk melakukan sosialisasi pembenahan pemikiran masyarakat tentang menjalankan dan mempunyai suatu usaha..

akhir kata kepada pembaca saya mohoon maaf

kepada ALLAH SWT saya mohon ampun

wassallam,:

Ketua Bidang Penilitian Pengembangan dan Pembinaan Anggota HMI cabang Medan Komisariat Ekonomi USU Periode 2008-2009


Pengertian Faktor produksi,
Pengertian Faktor produksi,
Pengertian Faktor produksi,
Pengertian Faktor produksi,
Pengertian Faktor produksi,
Pengertian Faktor produksi,
Pengertian Faktor produksi,

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More