Euforia Maradona

 Jakarta - Satu pertandingan bisa mengubah apa saja. Kemenangan bagus atas Korea Selatan tiba-tiba membuat orang "lupa" pada sikap sangsi mereka pada ketidakberpengalaman Diego Maradona.

Sebagai pelatih, tentu saja setiap hasil pertandingan sebuah tim selalu terikat pada orang nomor satu di pinggir lapangan itu. Dan Maradona, yang sudahpun kontroversial sepanjang karirnya, seketika dilanda euforia, bahwa dia mendadak punya jalan mulus menuju tangga juara.
Kemenangan 4-1 di Soccer City Stadium, Johannesburg, atas tim yang baru saja digadang-gadang akan menjadi "kuda hitam" di Piala Dunia tahun ini, yaitu Korea Selatan, menjadi momentum terbesar untuk Maradona sejauh ini. Sebelumnya, ia bahkan nyaris membuat jutaan pengagumnya menangis ketika Javier Mascherano dkk tersendat-sendat di babak kualifikasi.

Untunglah dewi fortuna -- dan kehebatan pemain-pemain Argentina -- membuat mereka lolos dari lubang jarum, tak perlu mengikuti pertandingan playoff. Biarpun finish di peringkat keempat di klasemen terakhir zona Amerika Selatan, yang penting tiket ke Afsel tergenggam.


Ketika lolos, Maradona menghantam orang-orang yang mempertanyakan kemampuannya. Dia memang tak punya pengalaman yang cukup untuk melatih tim sebesar Argentina, di ajang sepenting Piala Dunia pula. Sosoknya yang kontroversial sebagai individu dipandang tidak ideal untuk memimpin sebuah tim besar bertabung bintang.

Maradona tak pernah mendengarkan orang-orang yang mengkritiknya. Ia lebih senang menyerang -- mungkin terbawa fungsinya dulu di lapangan sebagai gelandang serang. Pele pasti sudah hafal karakternya itu karena persaingan di antara mereka seperti akan abadi. Wartawan pun harus berhati-hati jika "si Boncel" dalam mood yang jelek, karena ia pernah punya sejarah memukul, menembak, dan terakhir melindas kaki jurnalis dengan mobilnya.

Di masa persiapan menuju Piala Dunia, permainan Argentina ala Maradona juga dianggap sebagian orang tidak meyakinkan. Kemenangan 1-0 atas Nigeria di pertandingan pertamanya di Grup B pun dinilai belum terlalu mengesankan. Lagi-lagi kemampuan Maradona disoroti. Mereka khawatir kemampuan Messi, Carlos Tevez, Gabriel Heinze, Sergio Aguero, Diego Milito, Walter Samuel, Maxi Rodriguez dan lain-lain, menjadi mubazir.

Lalu datanglah momen 17 Juni kemarin. Hat-trick Higuain plus bunuh diri seorang pemain lawan membuat Argentina menang telak 4-1. Pertandingan itu langsung masuk daftar salah satu yang terbaik dari seminggu gelaran Piala Dunia 2010. Maradona? Semua nilai minusnya sementara lenyap, karena semua hal yang diberitakan untuk dia dan pasukannya adalah yang bagus-bagus.

Saat ditanya bagaimana ia mengembangkan timnya dalam beberapa minggu terakhir, Maradona menjawabnya dengan "benar". Dia bilang, semuanya adalah berkat kerja keras.

"Saya ingin para pemain fokus, dan mereka melakukan itu hari ini. Saya ingin bisa berbicara dengan mereka dan menjelaskan apa itu Piala Dunia," ujar dia. "Kita semua bisa merasa bahagia. Dua pertandingan, dua kemenangan, dan cara kami meraihnya."

Saat ini Argentina sedang menjadi bintang, sebagaimana Jerman dianggap paling mempesona dari semua pertandingan pertama tiap-tiap tim. Park Ji Sung pun sampai berkata, "Argentina menunjukkan kemampuan serangannya, dan saya pikir mereka bisa juara."'

Dan Maradona pasti senang mendengar ucapan Park Ji Sung itu. Para pengkritiknya mungkin harus diam dulu untuk melihat perjalanan Argentina selanjutnya.

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More